WHAT'S NEW?
Loading...

Rusia : Kemungkinan Kami akan Memberikan S-300 untuk Suriah





Kolonel Jendral militer Rusia, Sergei Rudskoi, mengatakan pada hari Sabtu, bahwa tindakan Amerika Serikat di Suriah ditujukan untuk mendestabilisasi situasi yang sudah rapuh di seluruh wilayah Suriah,dan ditambahkan pula bahwa S-300 juga kemungkinan dapat dikirim ke negara-negara selain Suriah.
Suriah sendiri dalam menghadapi serangan bombardir rudal yang ditembakkan oleh Amerika dan sekutunya , mampu merontokkan sebagian besar rudal. Tercatat dari 103 yang menghujani langit Suriah, 71 rudal berhasil dilumpuhkan oleh Suriah.

Militer Rusia yang beroperasi di Suriah, dengan pangkalan militer di daerah Latakia,memang tidak dijamah dan diusik oleh rudal-rudal Amerika dan sekutunya.Karena alasan tersebut Rusia juga tidak melakukan serangan terhadap tembakan-tembakan rudal yang dilancarkan Amerika dan sekutunya.Namun Rusia seolah ingin unjuk gigi pula, bahwa kemampuan Suriah untuk melindungi langit nya dari hujan rudal, dengan menggunakan perisai rudal yaitu S-125,S-200,Book dan Sam 6, yang merupakan rudal-rudal produksi Rusia.

Pengamat Iran mengatakan,serangan Amerika serikat dan sekutunya menjadi sebuah pelajaran berharga betapa rudal kendali menjadi sangat penting dalam pertahanan negara. Jika Suriah memiliki rudal yang cukup, tentu Amerika Serikat dan sekutunya akan berhitung dulu untuk melakukan serangan terhadap Suriah.

Serukan Pertemuan Darurat PBB

Kremlin juga mengatakan bahwa Rusia telah menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB atas serangan-serangan tersebut.
Sebelumnya, Moskow memperingatkan terhadap dampak serangan rudal oleh AS dan sekutunya di Suriah pada Sabtu pagi, dan mengatakan serangan militer tripartit tersebut telah merusak kesempatan negara yang dilanda terorisme sekian lama untuk memperoleh masa depan yang lebih damai.

Juru bicara kementrian luar negeri Rusia Maria Zakharova menuliskan status di akun Facebooknya yang mengatakan mengutuk tindakan agresi Amerika, dan mengatakan,"Ibu kota pemerintah yang berdaulat yang selama bertahun-tahun mencoba untuk bertahan hidup dibawah serangan teroris, kini telah diserang lagi."

"Kamu sungguh sangat tidak normal dengan menyerang ibukota Suriah pada saat mereka sedang memiliki kesempatan untuk masa depan yang lebih damai."

Duta besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov juga memperingatkan konsekwensi dari tindakan militer tersebut.Dia merupakan pejabat Rusia yang bereaksi pertama kali setelah Washington, Inggris dan Perancis meluncurkan serangan rudal terhadap Suriah,atas dugaan serangan dikota Douma di pedesaan kota itu pada Sabtu, dini hari.

Pertanyaan Hukum

Inggris, Perancis dan Amerika Serikat mengutip dugaaan adanya fasilitas-fasilitas kimia Suriah untuk melakukan pelanggaran terhadap hukum Internasional, tetapi para ahli memperingatkan mereka pada dasar hukum yang masih diragukan dalam melaksanakan aksi unilateral.

Moskow menuntut untuk segera dilakukannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, dan menyatakan bahwa Amerika Serikat, Perancis dan Inggris telah melanggar piagam PBB dan norma-norma serta prinsip-prinsip hukum internasional."
Analis juga sependapat, bahwa dalam menyerang Suriah tanpa otoritas PBB, Amerika Serikat,Inggris dan Perancis hanya mengandalkan konsep "moralitas hukum" yang samar-samar.

"Pelanggaran konvensi tidak memberi anda hak untuk menggunakan kekerasan,"kata Francoise Saulnier, direktur hukum kelompok bantuan Doctors Without Borders, yang memiliki sejarah panjang intervensi di dalam krisis kemanusiaan.

Berdasarka peraturan PBB,kekuatan militer terhadap kekuatan asing diperbolehkan hanya dalam tiga kondisi yaitu : pembelaan diri yang sah, atas permintaan negara dimana hal tersebut akan terjadi atau dalam kasus otorisasi Dewan Keamanan.

Para analis juga mengatakan langkah menyerang Suriah bisa membuka pintu untuk penggunaan kekuatan sepihak dalam sejumlah situasi.

"Moralitas hukum adalah jebakan mutlak, karena apa yang bermoral bagi anda belum tentu bermoral bagi saya,"kata Didier Billion dari France's Institute for International and Strategic Affairs

Siapa yang memberi Perancis dan Amerika serikat hak untuk mengebom sebuah negara ? katanya, sembari menolak argumen mereka sebagai "tabir asap."

Patrick Baudouin, seorang pengacara dari Federasi Hak Asasi Manusia Internasional di Paris, mengatakan ,"itu melanggar hukum internasioal dengan tujuan untuk memastikan itu dihormati."
Ini adalah gagasan bahwa ada semacam hukum humaniter internasional yang didasarkan pada tanggung jawab untuk melindungi. Tapi bukan sesuatu yang ditetapkan dalam hukum internasional.

Saulnier yang merupakan anggota Doctors Without Borders setuju bahwa gagasan semacam itu adalah "konsep kosong' yang bisa menjadi bumerang.

"Apa yang berbahaya adalah bahwa barat sudah melancarkan perang melawan aktor non-negara Suriah, mempertaruhkan eskalasi terhadap konflik internasional agar bisa kembali ke meja perundingan, katanya.

Tetapi dengan mencoba menyiasati aturan yang ditetapkan tentang penggunaan kekuatan,"Kami melikuidasi struktur hukum yang dibangun sejak Perang Dunia II,kata Saulnier, memperingatkan akan kembali ke "diplomasi kapal perang"

0 komentar:

Posting Komentar