WHAT'S NEW?
Loading...
Tampilkan postingan dengan label Medsos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Medsos. Tampilkan semua postingan



The Shallows, adalah sebuah buku yang memukau banyak pihak, karya seorang penulis US , Nicholas Carr, judul lengkapnya adalah The Shallows : What the Internet Is Doing to Our Brains (2010, W.W Norton ). Dalam buku ini, Nicholas Carr melukiskan bagaimana dunia maya telah merampas kemampuan sebagian besar orang untuk berpikir secara reflektif,konsentratif dan kontemplatif. Dan parahnya, melemahnya kemampuan membaca dan berpikir secara kontemplatif tersebut bukan hanya terjadi di kalangan orang kebanyakan atau masyarakat awam, namun juga menerpa mereka yang berpendidikan tinggi,para cendekiawan dan ilmuwan yang tentu sangat lah memiliki porsi lebih dalam urusan membaca.

Kedangkalan berpikir itu juga diakui oleh Nicholas Carr,mulai menyerang dirinya. "Dulu, saya adalah penyelam di lautan kata-kata. Kini saya bergerak cepat di permukaannya seperti orang yang mengendarai jet ski. Internet seolah mengikis kemampuan saya berkonsentrasi dan merenung."

Argumen klasik yang mungkin juga akan saya ajukan sebagai keberatan saya atas tesis Nicholas Carr ini adalah : "Dunia internet bersifat netral, pengguna-nyalah yang menentukan nilainya. Kita yang menentukan apakah penggunaannya bisa secara bijak dan menghasilkan kebaikan atau sebaliknya."

Namun ternyata Nicholas Carr menolak slogan klasik tersebut dan menurut kajian historis-sosiologisnya ternyata alasan ini pertama kali diucapkan oleh David Sarnoff, seorang pengusaha media yang mempelopori radio RCA dan televisi NBC. Dalam sebuah pidato di Universitas Notre Dame pada tahun 1955, Sarnoff menepis kritikan terhadap media massa yang merupakan inti bisnis yang dia bangun. Dia juga menepis tuduhan bahwa teknologi lah yang memberikan dampak buruk kepada para pengguna, dengan argumen ;"Kita begitu mudah mengambinghitamkan perangkat teknologi atas kesalahan para penggunanya . Produk ilmu modern tidak dengan sendirinya bagus atau jelek;penggunaanyalah yang menentukan nilai mereka."

Dan Nicholas Carr mengkritisi alasan klasik tersebut yang dia turunkan dari argumentasi seorang ilmuwan pakar komunikasi dan media informatika,Marshall McLuhan,"Respon konvensional kita terhadap semua media , yakni bahwa yang terpenting adalah penggunaannya,merupakan pendirian orang yang gagap teknologi," demikian tulis Mc Luhan yang dikutip Nicholas Carr.

Tapi dari berbagai temuan faktual yang disuguhkan oleh Nicholas Carr yang saya pandang memang sebuah realita adalah internet mengurangi kemampuan kita dalam membaca secara serius dan berpikir mendalam; reading deeply,thinking deeply.

Berbagai perangkat aplikasi dunia maya seperti WhatsApp,Line,Facebook,Twitter,Youtube dan lain-lain yang hanya berada dalam  genggaman sebuah smartphone tanpa kita sadari kian melemahkan kemampuan kita untuk membaca secara mendalam dan berpikir reflektif , kritis dan kontemplatif.Kita menjadi orang-orang yang dangkal dalam berpikir karena terlalu dimanjakan oleh dunia internet.

Hal penting lain yang juga dikritisi oleh Nicholas Carr adalah terkikisnya kenikmatan dan keseriusan membaca buku pada orang-orang yang sebelumnya amat menikmati kegiatan membaca buku. Dunia maya seolah menjebak mereka untuk lebih asyik berselancar dan membaca segala hal secara sekilas, atau membaca hanya sekilas beragam informasi yang membanjiri dunia maya. Dan akibat nya adalah : kita menjadi the shallows : orang-orang yang dangkal cara berpikirnya,  meskipun kebanyakan dari kita tidak menyadarinya.

Padahal sebagaimana kita sadari, buku adalah jendela dunia, yang merupakan pusaka kemanusiaan yang membuat peradaban berlangsung hingga hari ini. Di dalamnya terkandung jiwa zaman di sepanjang masa. Buku adalah jendela ilmu yang mengandung hikmah masa lalu. Buku adalah memori peradaban manusia. Thomas Carlyle mengatakan,"In book lies the soul of the whole past time."

Buku adalah hasil cipta,karsa dan karya manusia yang dapat dilestarikan. Di dalam buku, tersimpan rekaman-rekaman teori yang bisa melahirkan suatu teori baru . Setiap penemuan suatu teori baru selalu dilandasi oleh teori yang lahir sebelumnya.Sebagaimana dikatakan oleh Sir Isaac Newton, "If I have seen further,it is because i stood on the shoulders of giants".Jika saya mampu melihat jauh , hal itu dikarenakan karena saya berdiri di puncak para jenius terdahulu."

Kesadaran akan sisi bahaya nya dunia maya yang bisa mengikis kemampuan kita untuk membaca teks dan merenungkan artinya lebih dalam, dan kemudian memikirkannya secara lebih kritis,reflektif dan kontemplatif bukannya untuk menghindari hadirnya kemajuan teknologi. Namun menjadikan kita mawas diri, bagaimana agar senantiasa menjaga agar kemampuan analitis dan berpikir secara lebih mendalam tidak kian terkikis karena mengakrabi dunia maya, medsos dan berbagai aplikasi digital yang kian membanjir. Mengakrabi buku tetap tak akan bisa digantikan dengan sekedar berselancar dalam teks-teks pendek atau uraian-uraian yang hanya kita baca sekilas.





Elon Musk , CEO Tesla Inc , sebuah perusahaan produsen  mobil elektrik Amerika Serikat menjadi berita utama di media-media global ketika dia menghapus laman resmi FacebookX dan Tesla dari jejaring terbesar saat ini yaitu Facebook. Musk memastikan bahwa keputusannya tersebut tidak terkait alasan politik, tapi sebagai bentuk kejengkelan nya terhadap Facebook. Elon Musk yang merupakan founder Tesla dan SpaceX telah menghapus akun  resmi kedua perusahaan miliknya itu dari platform Facebook sebagai bentuk protesnya terhadap Facebook.

"It's not a political statement and I didn't do this because someone dared me to do it. Just don't like Facebook. Gives me the willies. Sorry,"  ( "Ini bukan merupakan pernyataan politik dan saya tidak melakukan ini karena tantangan orang lain untuk melakukannya. Saya hanya tidak suka Facebook. Membuat saya gelisah, maaf ") bunyi tweet Musk hari Jumat Minggu lalu. Pada Kamis sore, beberapa laman resmi perusahaan milik Musk tidak lagi online di Facebook, termasuk SpaceX,perusahaan penerbangan luar angkasa; Tesla, pabrikan mobil listrik; SolarCity, anak perusahaan Tesla yang menyediakan energi matahari; dan Hyperloop, proyek untuk membangun sistem transportasi lintas negara dan berkecepatan tinggi.

Elon Musk merupakan salah seorang yang bereaksi cukup keras setelah terungkapnya skandal bocornya data Facebook untuk kepentingan pemilihan presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu.Bahkan pada hari  Sabtu, pekan lalu, Musk mengumumkan bahwa dia telah mampu membeli setiap saham perusahaan Facebook dan menjadi pemiliknya.

Musk sendiri telah berbicara kepada sekelompok investor SpaceX dan Tesla dan menyatakan kekhawatirannya kepada para investor tersebut terhadap perusahaan social media terbesar ini. Dan dia menyatakan kepada mereka, hendak "melakukan kebaikan untuk umat manusia" dengan membeli Facebook. "Saya punya uang tunai untuk "dibakar", jadi jika Zuck (Mark Zuckerberg) ingin membuat kesepakatan, dia tahu dimana bisa menemukan saya." kata Musk kepada para investor tersebut."Saya akan membuatnya menjadi sebuah penawaran yang adil," demikian tambahnya.

Elon Musk sendiri juga menunjukkan sebuah presentasi PowerPoint yang menjelaskan secara rinci apa rencananya untuk Facebook. "Saya mempunya solusi yang lebih baik untuk kebaikan umat manusia dan planet ini" , ungkapnya sebelum menjelaskan presentasinya di ruang video animasinya tentang rencananya terhadap Facebook.

Dalam video itu tampak sebuah roket SpaceX Falcon meledak ke langit.Pada satu titik,dua penguat solid jatuh dan meluncur di jalur yang tepat kebawah landasan pendaratan. Kemudian tampak kedua roket mendarat dengan sempurna,dan salah satu ujungnya mendarat dengan tepat pada tombol merah besar berlabel "DELETE". "Dan anda dapat melihat bahwa booster sisi kedua akan berakhir dengan menekan tombol "DELETE",kata Musk." Yang akan mengirim torpedo proton ke markas besar Facebook,lalu memicu reaksi berantai yang kemudian akan menghancurkan seluruh platform."

Sorak sorai seketika meledak di ruangan video animasi tersebut, teriakan "Fuck Zuck ! Fuck Zuyck! Fuck Zuck! bergema ke seluruh gedung. Sementara itu Elon Musk menjauh dari podium yang dia gunakan untuk bicara,dia mengangkat lengannya di udara dengan kemenangan, dan menerima pujian dari semua orang di ruangan itu." Kian hari haters Facebook kian bertambah, platform social media yang dulunya paling dibanggakan dan platform nomer 1 terbesar di dunia kini  menjadi bahan ejekan netizen . Nasib serupa juga menimpa Mark Zuckerberg. Sebagian netizen yang mengkritik keras Facebook sangat kecewa dengan begitu maraknya aneka hoax yang menyebar di sosial media tersebut serta ketentuan privasi yang tidak jelas.

Elon Musk saat ini menjadi salah satu hater Facebook yang paling ternama dan CEO SpaceX dan Tesla ini juga beberapa kali menyindir dan memprotes Mark Zuckerberg sebagai orang yang bertanggung jawab atas skandal yang terjadi dengan data Facebook. Namun ada hal yang menarik terkait sejarah Facebook dengan SpaceX sebelumnya.

Pada bulan September 2016,roket Falcon 9 milik SpaceX meledak di landasan peluncuran saat pengisian bahan bakar menjelang peluncuran yang dijadwalkan. Ledakan itu menghancurkan muatan roket, termasuk Amos-6, satelit komunikasi Israel yang akan digunakan Facebook untuk menyediakan jangkauan internet ke bagian-bagian sub-Sahara Afrika. "Karena saya di sini di Afrika, saya sangat kecewa mendengar bahwa peluncuran peluncuran SpaceX menghancurkan satelit kami yang akan menyediakan konektivitas ke banyak pengusaha dan banyak orang lain di seluruh benua," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg dalam posting Facebook di waktu.

Ketika hal tersebut ditanyakan oleh Kerry Flyn seorang reporter teknologi di Mashable  kepada Musk, Ya, salahku karena menjadi idiot. Kami memberi mereka peluncuran gratis untuk menebusnya dan saya pikir mereka memiliki asuransi. ” jelasnya.

Facebook sendiri sebenarnya sudah memiliki gagasan untuk membangun internet berbasis ruang angkasa, dan Amos-6 merupakan langkah awal dalam merealisasikan gagasan tersebut. Tapi bisa jadi momentum skandal yang menimpa Facebook kali ini akan menjadi peluang bagi Musk untuk menggantikan posisi Facebook dalam membangun internet berbasis ruang angkasa. Sebagaimana banyak diberitakan, bulan lalu, perusahaan SpaceX meluncurkan dua prototipe satelit untuk menguji teknologi yang ingin digunakan untuk suatu hari nanti membuat konstelasi hampir 12.000 satelit untuk cakupan internet global.

Nampaknya perang antara Elon Musk vs Mark Zuckerberg dan team masih akan berlanjut, entah akan menjadi babak baru dalam dunia platform jejaring yang lebih bertanggung jawab terhadap keamanan data , dan lebih berpihak pada kepentingan pengguna secara umum atau sekedar perang bisnis antara dua perusahaan raksasa yang sedang memanfaatkan situasi yang ada, kita mungkin hanya bisa mengikuti saja . Namun bila memang Musk benar-benar merealisasikan niatnya untuk "DELETE" Facebook sekalipun dengan "membakar" uangnya demi sebuah tujuan yang lebih besar yaitu menyelamatkan manusia  dari aksi penghimpunan data dengan Artifial Intelegency (AI) untuk tujuan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, mungkin aksi ini layak didukung.

Sosial Media bukanlah hal baru dalam kehidupan sehari-hari. Sosial media juga ikut berkembang mengikuti berkembangan jaman. Seperti contoh , era sebelum 2011 orang lebih familiar menggunakan facebook, dan sekarang anak-anak muda lebih gandrung dengan Instagram dengan fitur yang lebih sesuai selera mereka. Tapi bukan berarti sosial media seperti facebook dan twitter sudah benar-benar ditinggalkan. Tidak , yang terjadi adalah pembagian segmen pengguna yang berbeda untuk tiap tipe. Berikut uraian tentang  perbedaan jenis pengguna pada masing-masing sosial media baik Facebook, Instagram, Twitter, saat ini.

Facebook

Facebook awalnya lahir dari ide seorang pemuda , yaitu Mark Zuckerberg dan beberapa teman sekamarnya untuk membuat sebuah direktori pelajar di kampusnya, yang berisi biografi maupun foto dan data tiap pelajar. Ide kian berkembang, hingga lahirlah Facebook sebagai sebuah sosial media , pada tanggal 4 Februari 2004. Awalnya Facebook banyak digunakan oleh pengguna sekedar untuk ajang pertemanan, bertukar kabar dengan sanak keluarga, atau saling update informasi dari tempat yang berbeda-beda.Seiring dengan semakin meningkatnya pengguna dari seluruh dunia,Facebook juga menjadi sarana untuk beriklan, membangun bisnis, dan menjual produk.

Di Facebook, kemudahan untuk membuat grup sesuai dengan selera , minat atau pandangan politik tertentu menjadikan Facebook juga sebagai ajang untuk membangun kelompok-kelompok tertentu dengan corak yang sama. Apabila itu terkait dengan soal hobi, atau sekedar kesamaan minat mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun disisi lain, facebook akhirnya juga menjadi ajang untuk membangun fanatisme, kebencian pada kelompok dengan pandangan yang berbeda, dan lebih parah lagi maraknya penyebaran hoax , dah hate speech (ujaran kebencian).

Maraknya konten-konten politik, hoax, maupun ujaran kebencian inilah yang memicu sebagain pengguna facebook terutama anak muda, beralih pada sosial media alternatif yang lebih memenuhi selera dan kebutuhan mereka. Munculnya Instagram yang lebih mengutamakan pada fitur foto sharing , dan video sharing menjadikan instagram lebih disuka dan menjadi pilihan anak-anak usia ABG , hingga remaja.

Pengguna facebook berubah komposisinya, mereka lebih banyak didominasi oleh kalangan dewasa dikisaran usia 25 tahun - 60 tahunan. Lebih banyak menjadi ajang diskusi tentang berbagai hal yang lebih diakrabi kalangan dewasa semisal , politik, ekonomi, agama, sosial maupun budaya. Game-game yang dulu banyak tersedia dalam fitur yang disediakan facebook, saat ini sudah sangat berkurang. Penggunaan facebook oleh kalangan bisnis justru menunjukkan perkembangan, karena fitur iklan dan platform iklan yang disediakan facebook memang sangat membantu kalangan bisnis dalam mengatur budget dan daya sebar iklannya.

2. Twitter

Bagaimana dengan twitter ?  Twitter di awal kemunculannya, hanya digunakan untuk membuat status-status pendek karena terbatasnya karakter, yaitu 140 karakter dan penggunaanya lumayan berbeda dengan facebook. Pengguna yang lebih suka suka menulis panjang akan lebih memilih Facebook daripada Twitter.

Twitter dibuat pada Maret 2006 oleh Jack Dorsey, Noah Glass, Biz Stone, dan Evan Williams dan diluncurkan pada bulan Juli tahun itu. Penulisan di Twitter awalnya dibatasi hingga 140 karakter, tetapi pada 7 November 2017, batasnya digandakan menjadi 280 karakter untuk semua bahasa kecuali Jepang, Korea, dan Cina.

Saat ini Twitter justru digunakan banyak orang yang suka menulis, terutama anak muda. Banyak orang yang suka berbagi Informasi di Twitter, juga sarana berdebat para politisi tentang ide atau pendapat mereka, ada yang berbagi tips cara mengecilkan pori-pori, cara mencari uang, sampai debat mengenai hal yang paling membosankan yaitu : agama dan politik....dll (setidaknya saya nggak suka banget dengan debat tentang dua hal ini,agama kan untuk rambu bukan untuk debat) .

Selain itu di Twitter justru lebih mudah berinteraksi dengan orang lain di luar negeri maupun di dalam negeri. Bisa dibilang jika kita bermain Twitter, kita harus siap jika ada orang yang tiba-tiba me-reply twit yang mendukung maupun yang menolak apa yang kita lontarkan. Ini juga bisa menjadi sarana bagi masyarakat agar bisa terbuka pikirannya. Nilai plus lainnya adalah biasanya jokes-jokes atau guyonan yang ada di Instagram maupun facebook sudah ngetrend di Twitter sekitar 2-3 hari sebelum viral. Jika kalian anak twitter pasti sering bilang “telat kalian semua!!”. Selain itu, di Twitter kita bisa berinteraksi langsung dengan pemerintah, seperti Bea Cukai, bahkan JNE, Telkomsel, Spotify, tinggal mention mereka biasanya menjawab tweet kalian.

3. Instagram

Jaman sekarang siapa sih yang tidak main Instagram. Pasti banyak sekali yang menggunakan Instagram mulai untuk keperluan bisnis, akun pribadi,maupun para publik figur ,jasa desain dll. Jaman sekarang, para pengguna instagram pasti sangat peduli dengan feeds, dan estetika foto mereka, dan bertambahnya fitur insta story membuat orang ingin membuat insta story mereka menjadi seru , dan para teman atau follower akun mereka menjadi “wow”. Karena Instagram adalah social media yang lebih menjurus untuk berbagi foto dan Video bagi orang-orang yang tidak terlalu tertarik dengan hal itu dan lebih suka membaca dan menulis mereka kini lebih Twitter. Sayangnya, virus penyebaran berita hoax maupun hate speech ternyata juga gak luput menyerang instagram, banyak orang yang memang punya niat tidak baik, membuat akun-akun sosial media apa saja, hanya untuk menyebarkan hoax dan ujaran kebencian, padahal jelas-jelas hal ini melanggar hukum .

Selain itu, kini juga tidak sedikit orang-orang yang berpikir Instagram memberi dampak buruk bagi masyarakat penggunanya. Sosial media memang terkadang menyebabkan addict (kecanduan), kalau sudah termasuk kategori addict itu artinya penggunaannya terlalu berlebihan hingga membawa dampak negatif. Instagram juga menjadi ajang paling mudah untuk narsis dan memamerkan gaya hidup yang bisa memancing orang lain iri atau cemburu , misal post - post foto liburan, mobil-mobil mewah, rumah dan segala kemewahan , hal ini yang akhirnya menjadi pupuk suburnya gaya hidup hedonis. Di Instagram pun banyak jokes-jokes yang hasil copy an twitter, banyak post-post yang hanya menscreenshot bahkan mengambil gambar tanpa credit yang tepat.

Apapun sosial media yang kita pilih dan kita manfaatkan sebenarnya tergantung kita sendiri, bijak atau tidak sebagai pengguna. Mungkin kita juga perlu lebih detail untuk meneliti setiap fitur di masing-masing sosial media,sembari mencoba berpikir kreatif bagaimana kita memanfaatkan sosial media sebagai sarana pengembangan diri, menambah wawasan atau bahkan membangun bisnis. How making money from your social media account ?  Setidaknya itu yang sudah mulai saya lakukan kawan...........




New York - Marck Zuckerberg harus menerima panggilan dari para penyusun undang-undang (anggota parlemen ) untuk menjelaskan bagaimana konsultan politik mendapatkan akses data 50 juta pengguna Facebook dengan tidak semestinya.

Anggota parlemen Eropa dan AS menyerukan penyelidikan atas laporan bahwa data pengguna Facebook diakses oleh konsultan Cambridge yang berbasis di Inggris untuk membantu Presiden Donald Trump memenangkan pemilihan umum 2016,para investor juga mengajukan banyak pertanyaan tentang operasional perusahaan media sosial tersebut.

Para investor mulai kritis dan mengajukan protes kepada pihak Facebook, yang merupakan perusahaan favorit di pasar saham. Bahkan dampaknya, saham Facebook ditutup turun hampir 7 persen pada hari Senin, dan ini telah merugikan Facebook hampir $40 miliar dari nilai pasarnya,karena investor khawatir Undang-Undang tentang perlindungan data akan berpotensi merusak bisnis periklanan perusahaan.

Chief Executive Facebook Inc, Mark Zuckerberg menghadapi panggilan dari beberapa anggota parlemen untuk menjelaskan bagaimana konsultan politik mendapatkan akses data 50 juta pengguna Facebook yang tidak semestinya.

Pihak Cambridge Analytica mengatakan bahwa pihaknya membantah keras klaim media yang menyatakan bahwa mereka mendapat data dari Facebook, dan mengatakan bahwa pihaknya menghapus semua data Facebook yang diperoleh dari aplikasi pihak ketiga pada tahun 2014 setelah mengetahui informasi tersebut tidak mematuhi peraturan perlindungan data.

Frack Pasquale,seorang profesor hukum Univesitas Maryland yang telah menulis tentang penggunaan data Silicon Valley,mengatakan "Pelindung data dibuka, di kotak hitam data Facebook, dan gambarnya tidak nampak cantik." atau dengan kata lain, data facebook telah bocor.

Pemeriksaan tersebut menghadirkan ancaman baru bagi reputasi Facebook, yang sudah diserang atas dugaan penggunaan Facebook sebagai alat Rusia untuk mempengaruhi pemilih AS dengan berita-berita yang memecah belah dan salah sebelum dan sesudah pemilihan 2016.

Ron Bates,manajer portofolio pada Dana Penyeimbang Sosial Responsif senilai $131 juta ,dan juga merupakan salah seorang pemegang saham Facebook,mengatakan "Kami memiliki beberapa kekhawatiran.Masalah besar hari ini seputar insiden dan data pelanggan adalah sesuatu yang telah dibahas antara investor ESG (lingkungan, sosial dan korporasi)selama beberapa waktu dan telah menjadi perhatian."

Bates mengatakan bahwa dia didorong oleh fakta bahwa perusahaan telah mengakui masalah privasi dan merespons, dan menganggapnya sebagai investasi yang tepat untuk saat ini.

Facebook sendiri mengatakan pada hari Senin, bahwa pihaknya telah menyewa perusahaan forensik digital Stroz Friedberg untuk melakukan audit menyeluruh terhadap Cambridge Analytica dan perusahaan tersebut setuju untuk mematuhi dan memberikan akses lengkap kepada server forensik atas server dan sistem mereka.
Bates juga mengatakan,"Apa yang akan menjadi masalah bagi kami adalah jika kami melihat ini berulang dan kami melihat resiko yang signifikan bagi privasi konsumen."

Lebih dari $20 triliun modal secara global yang dialokasikan untuk strategi investasi "yang bertanggung jawab" pada tahun 2016,sebuah angka yang tumbuh 25% dari dua tahun sebelumnya,menurut Global Sustainable Investment Alliance,sebuah kelompok advokasi.

Pengawas Keuangan New York City Scott Stringer, yang mengawasi aset dana pensiun kota senilai $193 miliar,mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters pada hari Senin bahwa mereka akan memantau rating Facebook, yang saat ini ada di level "average". Demikian halnya Manajer penelitian di Sustainalytics ,Matthew Barg , mengatakan "Kami benar-benar mengamati untuk melihat apakah harus ada perubahan atau tidak." "Model bisnis mereka sangat terkait dengan akses data ke konsumen dan membangun akses itu.Anda ingin melihat bahwa mereka memahami itu dan peduli tentang itu."

Investor ESG telah menyatakan keprihatinan tentang Facebook sebelum laporan media bahwa Cambridge Analytica memanen data pribadi pada pengguna Facebook untuk mengembangkan teknik guna mendukung kampanye presiden Trump.

Investor Wall Street,termasuk dana ESG,telah menjadikan sektor teknologi untuk mencatat rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir,dan berusaha untuk mendapatkan profit yang lebih besar dari saham termasuk Facebook ,Apple Inc dan Alphabet Inc.

Sementara itu Jennifer Sireklove, direktur investasi yang bertanggung jawab di Parametric yang berbasis di Seattle,seorang manajer keuangan dengan aset senilai $200 miliar,mengatakan bahwa sejumlah investor yang fokus pada etika, justru menghindari berinvestasi pada Facebook dan perusahaan media sosial lainnya, bahkan sebelum laporan terbaru tentang pelanggaran privasi.

Parametric mengadakan pertemuan dengan para kliennya pada hari Jumat untuk membahas kekhawatiran tentang investasi di perusahaan media sosial secara keseluruhan, termasuk Google Inc. "Lebih banyak investor yang mulai mempertanyakan apakah perusahaan-perusahaan ini berkontribusi pada pasar publik dengan cara yang adil dan berwawasan luas, atau justru kita semakin terfragmentasi karena cara perusahaan beroperasi,"katanya.
Akrab dengan dunia media sosial  seolah menjadi syarat kekinian masyarakat era digital. Smartphone menyajikan jutaan informasi cukup dalam genggaman tangan, namun sayangnya, smartnya alat komunikasi yang kita pegang kadang tidak berbanding lurus dengan kecerdasan penggunanya dalam menyaring informasi maupun opini yang membanjir. Serasa menjadi sebuah anomali , era informasi digital justru bisa menggiring peradaban manusia pada titik dimana kebenaran (fakta) justru sulit terlacak.

Ini lah realita era post truth, pantas kiranya bila kata ini berhasil dinobatkan menjadi Word of The Year tahun 2016 oleh Oxford Dictionaries. Sebuah fenomena yang mewabah bukan hanya di dalam negeri tapi di seluruh belahan dunia. Post Truth (Pasca Kebenaran) adalah kondisi dimana fakta tidak lagi relevan dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Singkatnya,orang tidak lagi mempercayai fakta, mereka lebih meyakini apa yang telah diyakini atas sebuah informasi.

Tentu saja tidak semua netizen menikmati atmosfir dikotomis yang kian menyesak, gelombang kegelisahan atas iklim logika biner juga kian membuncah. Hal ini dikarenakan iklim logika biner hanya membunuh daya kritisi dalam segala hal. Logika on-off yang cuma bisa punya dua alternatif pilihan. Sangat mudah kita jumpai, status atau statement saling serang antara dua kubu yang berbeda pandangan , "Dasar tukang nyinyir, bisanya cuma mencela kita, junjungan nya doank yang dipuja " atau "MasyaAllah, sungguh mata hatinya telah tertutup dari kebenaran, tidak lagi bisa melihat mana yang harus dipuja dan mana yang harus dilaknat, kalian telah membela dajjal ...saudaraku, insyaflah, bla ..bla ..bla."

Netizen yang menyadari bahaya jebakan logika biner tentu saja tidak ingin tinggal diam , sekalipun jumlahnya minoritas. Ajakan untuk keluar dari zona logika biner ini berusaha terus untuk diserukan. Sekalipun tidak mudah, karena resiko kian terjepit antara dua pihak yang saling serang juga menyertai. Lebih parah lagi dikotomi paling tajam selalu terjadi di dua ranah paling sensitif di masyarakat, politik dan agama.

Bagi mereka yang bergelut di dunia internet marketing, tentunya ada keharusan untuk selalu memahami mekanisme beberapa platform search engine (mesin pencari) maupun media sosial yang sekarang paling populer digunakan di dunia maya. Facebook salah satu media sosial terpopuler saat ini sebenarnya mengajarkan seseorang untuk lebih jeli dan peka dari jebakan logika biner. Ingin tahu lebih jauh ?

Logika Facebook (Algoritma/Urutan Berpikir Facebook)

Facebook dalam prosedur pemanggilan datanya, lebih berbasis pada tema/topik sebuah fanpage, tidak sama dengan prosedur Google yang berbasis pada kata kunci "keyword".Seorang facebooker yang memiliki kecenderungan pada sebuah topik atau tema tertentu, tentu akan sering memberi "like" pada topik-topik, atau tema sesuai yang dia suka, dan ini akan menjadikan lini masa (timeline nya ) juga lebih banyak berisi topik-topik atau tema sesuai kecenderungan tersebut. Dia akan lebih jarang melihat topik atau tema yang berseberangan dengan kecenderungannya, dan lini masa nya juga cenderung akan lebih sepi dari tema atau topik yang dia hindari.

Facebook akan menyimpan segala kebiasaan kita ketika berselancar di facebook , dan akan menjadikan data tersebut sebagai bahan untuk mengelompokkan penggunanya sesuai kecenderungan dan kebiasaan tersebut. Hal inilah yang menjadikan facebook bukan sekedar sebagai platform media sosial semata namun juga menjadi sarana yang membantu seorang marketer digital (online marketer / pemasar online) dalam menjual produknya.

Facebook menghadirkan target iklan yang sangat spesifik. Data-data spesifik pengguna seperti domisili, jenis kelamin, hobi, dan berbagai preferensi lainnya dimiliki oleh Facebook. Hal itu tentu sangat berguna bagi siapa saja yang hendak beriklan di Facebook. Dan inilah yang menjadikan Facebook lambat laun mampu menandingi Google dalam mendatangkan trafik bagi pengiklan. Dalam publikasi yang dilakukan oleh Fortune, hasil penelitian layanan analisis lalu lintas web Parse.ly mengungkapkan bahwa Facebook mampu mendatangkan hingga 43 persen trafik, sedangkan Google sebesar 38 persen.

Logika Pedagang

Bagi seorang pemasar online , suksesnya marketing di Facebook via iklan mengharuskan melepaskan diri dari jebakan logika biner. Contohnya begini, bila anda ingin menjual jersey CR7 (Christiano Ronaldo) , lalu anda mentarget sasaran iklan anda pada fanpage-fanpage yang membahas tentang sepak bola terutama fanpage para Madridtista , padahal tidak semua follower Fanpage Madridtista adalah penggemar CR 7 (Christiano Ronaldo), banyak yang lebih fanatis kepada Gerard Bale, misalnya.Dengan data ini, jika anda nekat menjalankan iklan, bisa diprediksi hasil konversi dari iklan anda akan kecil dan cenderung rugi alias tekor.

Sebagai pengiklan, anda harus lebih teliti untuk membuat irisan-irisan himpunan, diantara Madridtista pasti ada yang haternya CR7, maka sisihkan golongan yang ini, jangan dimasukkan dalam target iklan , karena akan sia-sia. Target yang harus dibidik adalah Madridtista yang juga penggemar CR7, dengan begitu konversi iklan akan semakin tinggi, karena produk akan lebih laku dan pada target yang lebih spesifik.

Pelajaran yang bisa kita ambil dalam hal ini adalah :

  1. Berpikir biner itu bisa membunuh daya kritis, melemahkan daya analitis , kurang teliti dan terjebak pada keyakinan yang mengarah pada fanatisme irasional.

  2. Kelompok yang berpikir nya biner , mudah terjebak pada fanatisme , biasanya jadi sasaran empuk oleh iklan-iklan lebay berbumbu rayuan surga yang menjanjikan keuntungan tapi hanya berbuah kebuntungan. Baik mereka yang menjual isu politik maupun mereka yang menjual produk.

  3. Suka atau benci memang tidak bisa dipaksakan , tapi saringan untuk memilah dan memilih jangan sampai jebol, asal benci maka semua yang dikata menjadi salah, asal suka maka semua yang diucap menjadi benar.