The Shallows, adalah sebuah buku yang memukau banyak pihak, karya seorang penulis US , Nicholas Carr, judul lengkapnya adalah The Shallows : What the Internet Is Doing to Our Brains (2010, W.W Norton ). Dalam buku ini, Nicholas Carr melukiskan bagaimana dunia maya telah merampas kemampuan sebagian besar orang untuk berpikir secara reflektif,konsentratif dan kontemplatif. Dan parahnya, melemahnya kemampuan membaca dan berpikir secara kontemplatif tersebut bukan hanya terjadi di kalangan orang kebanyakan atau masyarakat awam, namun juga menerpa mereka yang berpendidikan tinggi,para cendekiawan dan ilmuwan yang tentu sangat lah memiliki porsi lebih dalam urusan membaca.
Kedangkalan berpikir itu juga diakui oleh Nicholas Carr,mulai menyerang dirinya. "Dulu, saya adalah penyelam di lautan kata-kata. Kini saya bergerak cepat di permukaannya seperti orang yang mengendarai jet ski. Internet seolah mengikis kemampuan saya berkonsentrasi dan merenung."
Argumen klasik yang mungkin juga akan saya ajukan sebagai keberatan saya atas tesis Nicholas Carr ini adalah : "Dunia internet bersifat netral, pengguna-nyalah yang menentukan nilainya. Kita yang menentukan apakah penggunaannya bisa secara bijak dan menghasilkan kebaikan atau sebaliknya."
Namun ternyata Nicholas Carr menolak slogan klasik tersebut dan menurut kajian historis-sosiologisnya ternyata alasan ini pertama kali diucapkan oleh David Sarnoff, seorang pengusaha media yang mempelopori radio RCA dan televisi NBC. Dalam sebuah pidato di Universitas Notre Dame pada tahun 1955, Sarnoff menepis kritikan terhadap media massa yang merupakan inti bisnis yang dia bangun. Dia juga menepis tuduhan bahwa teknologi lah yang memberikan dampak buruk kepada para pengguna, dengan argumen ;"Kita begitu mudah mengambinghitamkan perangkat teknologi atas kesalahan para penggunanya . Produk ilmu modern tidak dengan sendirinya bagus atau jelek;penggunaanyalah yang menentukan nilai mereka."
Dan Nicholas Carr mengkritisi alasan klasik tersebut yang dia turunkan dari argumentasi seorang ilmuwan pakar komunikasi dan media informatika,Marshall McLuhan,"Respon konvensional kita terhadap semua media , yakni bahwa yang terpenting adalah penggunaannya,merupakan pendirian orang yang gagap teknologi," demikian tulis Mc Luhan yang dikutip Nicholas Carr.
Tapi dari berbagai temuan faktual yang disuguhkan oleh Nicholas Carr yang saya pandang memang sebuah realita adalah internet mengurangi kemampuan kita dalam membaca secara serius dan berpikir mendalam; reading deeply,thinking deeply.
Berbagai perangkat aplikasi dunia maya seperti WhatsApp,Line,Facebook,Twitter,Youtube dan lain-lain yang hanya berada dalam genggaman sebuah smartphone tanpa kita sadari kian melemahkan kemampuan kita untuk membaca secara mendalam dan berpikir reflektif , kritis dan kontemplatif.Kita menjadi orang-orang yang dangkal dalam berpikir karena terlalu dimanjakan oleh dunia internet.
Hal penting lain yang juga dikritisi oleh Nicholas Carr adalah terkikisnya kenikmatan dan keseriusan membaca buku pada orang-orang yang sebelumnya amat menikmati kegiatan membaca buku. Dunia maya seolah menjebak mereka untuk lebih asyik berselancar dan membaca segala hal secara sekilas, atau membaca hanya sekilas beragam informasi yang membanjiri dunia maya. Dan akibat nya adalah : kita menjadi the shallows : orang-orang yang dangkal cara berpikirnya, meskipun kebanyakan dari kita tidak menyadarinya.
Padahal sebagaimana kita sadari, buku adalah jendela dunia, yang merupakan pusaka kemanusiaan yang membuat peradaban berlangsung hingga hari ini. Di dalamnya terkandung jiwa zaman di sepanjang masa. Buku adalah jendela ilmu yang mengandung hikmah masa lalu. Buku adalah memori peradaban manusia. Thomas Carlyle mengatakan,"In book lies the soul of the whole past time."
Buku adalah hasil cipta,karsa dan karya manusia yang dapat dilestarikan. Di dalam buku, tersimpan rekaman-rekaman teori yang bisa melahirkan suatu teori baru . Setiap penemuan suatu teori baru selalu dilandasi oleh teori yang lahir sebelumnya.Sebagaimana dikatakan oleh Sir Isaac Newton, "If I have seen further,it is because i stood on the shoulders of giants".Jika saya mampu melihat jauh , hal itu dikarenakan karena saya berdiri di puncak para jenius terdahulu."
Kesadaran akan sisi bahaya nya dunia maya yang bisa mengikis kemampuan kita untuk membaca teks dan merenungkan artinya lebih dalam, dan kemudian memikirkannya secara lebih kritis,reflektif dan kontemplatif bukannya untuk menghindari hadirnya kemajuan teknologi. Namun menjadikan kita mawas diri, bagaimana agar senantiasa menjaga agar kemampuan analitis dan berpikir secara lebih mendalam tidak kian terkikis karena mengakrabi dunia maya, medsos dan berbagai aplikasi digital yang kian membanjir. Mengakrabi buku tetap tak akan bisa digantikan dengan sekedar berselancar dalam teks-teks pendek atau uraian-uraian yang hanya kita baca sekilas.