Terdapat lima mata pelajaran di sekolah tersebut antara lain :
- Terbang
- Berenang
- Memanjat
- Berlari
- Menyelam
Banyak siswa yang bersekolah di "Animals Schooling" ini, ada elang,tupai,bebek,rusa dan katak.
Terlihat di awal masuk sekolah,masing-masing siswa memiliki keunggulan pada mata pelajaran tertentu.Elang misalnya, dia sangat unggul dalam terbang. Dia memiliki kemampuan yang berada diatas kemampuan siswa lainnya untuk pelajaran terbang.Demikian juga katak,sangat mahir pelajaran menyelam.
Namun,beberapa waktu kemudian karena "animals schooling" mengharuskan semua siswa harus lulus kelima pelajaran diatas, maka masing-masing siswa mulai belajar setiap pelajaran. Elang yang paling piawai terbang mulai belajar untuk memanjat dan berlari. Tupai demikian juga, dia berkali-kali harus jatuh dari dahan yang tinggi karena belajar terbang.
Tak beda dengan bebek, dia sedang berusaha kuat untuk mengikuti pelajaran memanjat, walau sudah mulai putus asa. Sang bebek seringkali ditertawakan karena selalu terjatuh saat memanjat, walau sudah cukup mahir dalam berlari dan sedikit terbang.
Singkat cerita, tidak ada siswa sekolah tersebut yang berhasil menguasai lima pelajaran tersebut dengan sempurna. Semua siswa sudah berusaha dengan susah payah, namun belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tapi, karena mau tidak mau syarat lulus adalah menguasai kelima pelajaran tersebut, akhirnya para siswa pun terus berusaha belajar setiap mata pelajaran tersebut.
Apa yang terjadi beberapa waktu kemudian ? Lama kelamaan, tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek pun sudah tidak dapat berenang dengan baik karena sebelah kakinya robek,akibat terlalu sering belajar memanjat. Elang juga mengalami hal serupa, si raja angkasa itu sudah lupa cara mengepakkan sayapnya dengan kuat, karena terlalu banyak mempelajari cara berlari dengan cepat.
Cerita di sekolah binatang (Animals Schooling) tersebut mirip kondisinya dengan kondisi pendidikan kita saat ini. Kurikulum memaksa siswa untuk memiliki kemampuan seragam dan beragam. Bukan hanya itu saja, bahkan orang tua yang seharusnya paling tahu apa kemampuan sang anak yang paling menonjol, juga dengan senang hati dan suka rela mengarahkan anak-anaknya agar bisa menjadi manusia serba bisa dan serta mampu memenuhi target kurikulum pendidikan dengan sempurna. Orang tua akan sangat frustasi jika anaknya ada yang kurang di satu pelajaran tertentu, dan kekhawatiran akan masa depan yang suram akibat nilai pelajaran yang kurang memuaskan akan membuat mereka melakukan apa saja.
Orang tua tak akan segan untuk memberikan les A, kursus B, les C,kursus D dan private E dan sebagainya serta bejibun kegiatan lain tanpa memperhatikan dan fokus pada potensi anaknya masing-masing. Padahal sebagai darah daging kita sendiri, orang tualah yang harusnya paling mengerti, paling memahami dan paling mengetahui apa dan bagaimana potensi utama anak.
Setiap manusia yang lahir dengan karunia otak masing-masing yang unik. Setiap anak memiliki belahan otak dominannya masing-masing. Ada yang dominan di limbik kiri, neokartek kiri,limbik kanan,neokartek kanan juga batang otak. Dan itu merupakan gambaran,bahwa setiap anak memiliki kelebihan sendiri-sendiri.
Sesungguhnya tugas orang tua maupun pendidik adalah memfokuskan pada kelebihan masing-masing ini. Tentu tanggung jawab terbesar adalah di pundak orang tua, karena orang tualah yang paling harus mengerti tentang putranya. Orang tua harusnya mengawal, menstimulasi dan senantiasa memfasilitasi agar potensi ini kian berkembang. Dan yang lebih penting tidak sibuk dengan kekurangan pada si anak.
Setiap anak terlahir didunia ini jenius , mereka telah disetting dengan kelebihannya masing-masing, setiap pribadi adalah unik dan istimewa. Putra-putri kita adalah bintang-bintang yang bersinar diantara kegelapan malam. Tentunya bukan hal yang berlebihan jika sebagai orang tua mulai berfokus untuk menggali potensi diri anak maupun anak didik seoptimal mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar