WHAT'S NEW?
Loading...
Tampilkan postingan dengan label Politik Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik Dunia. Tampilkan semua postingan




Kolonel Jendral militer Rusia, Sergei Rudskoi, mengatakan pada hari Sabtu, bahwa tindakan Amerika Serikat di Suriah ditujukan untuk mendestabilisasi situasi yang sudah rapuh di seluruh wilayah Suriah,dan ditambahkan pula bahwa S-300 juga kemungkinan dapat dikirim ke negara-negara selain Suriah.
Suriah sendiri dalam menghadapi serangan bombardir rudal yang ditembakkan oleh Amerika dan sekutunya , mampu merontokkan sebagian besar rudal. Tercatat dari 103 yang menghujani langit Suriah, 71 rudal berhasil dilumpuhkan oleh Suriah.

Militer Rusia yang beroperasi di Suriah, dengan pangkalan militer di daerah Latakia,memang tidak dijamah dan diusik oleh rudal-rudal Amerika dan sekutunya.Karena alasan tersebut Rusia juga tidak melakukan serangan terhadap tembakan-tembakan rudal yang dilancarkan Amerika dan sekutunya.Namun Rusia seolah ingin unjuk gigi pula, bahwa kemampuan Suriah untuk melindungi langit nya dari hujan rudal, dengan menggunakan perisai rudal yaitu S-125,S-200,Book dan Sam 6, yang merupakan rudal-rudal produksi Rusia.

Pengamat Iran mengatakan,serangan Amerika serikat dan sekutunya menjadi sebuah pelajaran berharga betapa rudal kendali menjadi sangat penting dalam pertahanan negara. Jika Suriah memiliki rudal yang cukup, tentu Amerika Serikat dan sekutunya akan berhitung dulu untuk melakukan serangan terhadap Suriah.

Serukan Pertemuan Darurat PBB

Kremlin juga mengatakan bahwa Rusia telah menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB atas serangan-serangan tersebut.
Sebelumnya, Moskow memperingatkan terhadap dampak serangan rudal oleh AS dan sekutunya di Suriah pada Sabtu pagi, dan mengatakan serangan militer tripartit tersebut telah merusak kesempatan negara yang dilanda terorisme sekian lama untuk memperoleh masa depan yang lebih damai.

Juru bicara kementrian luar negeri Rusia Maria Zakharova menuliskan status di akun Facebooknya yang mengatakan mengutuk tindakan agresi Amerika, dan mengatakan,"Ibu kota pemerintah yang berdaulat yang selama bertahun-tahun mencoba untuk bertahan hidup dibawah serangan teroris, kini telah diserang lagi."

"Kamu sungguh sangat tidak normal dengan menyerang ibukota Suriah pada saat mereka sedang memiliki kesempatan untuk masa depan yang lebih damai."

Duta besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov juga memperingatkan konsekwensi dari tindakan militer tersebut.Dia merupakan pejabat Rusia yang bereaksi pertama kali setelah Washington, Inggris dan Perancis meluncurkan serangan rudal terhadap Suriah,atas dugaan serangan dikota Douma di pedesaan kota itu pada Sabtu, dini hari.

Pertanyaan Hukum

Inggris, Perancis dan Amerika Serikat mengutip dugaaan adanya fasilitas-fasilitas kimia Suriah untuk melakukan pelanggaran terhadap hukum Internasional, tetapi para ahli memperingatkan mereka pada dasar hukum yang masih diragukan dalam melaksanakan aksi unilateral.

Moskow menuntut untuk segera dilakukannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, dan menyatakan bahwa Amerika Serikat, Perancis dan Inggris telah melanggar piagam PBB dan norma-norma serta prinsip-prinsip hukum internasional."
Analis juga sependapat, bahwa dalam menyerang Suriah tanpa otoritas PBB, Amerika Serikat,Inggris dan Perancis hanya mengandalkan konsep "moralitas hukum" yang samar-samar.

"Pelanggaran konvensi tidak memberi anda hak untuk menggunakan kekerasan,"kata Francoise Saulnier, direktur hukum kelompok bantuan Doctors Without Borders, yang memiliki sejarah panjang intervensi di dalam krisis kemanusiaan.

Berdasarka peraturan PBB,kekuatan militer terhadap kekuatan asing diperbolehkan hanya dalam tiga kondisi yaitu : pembelaan diri yang sah, atas permintaan negara dimana hal tersebut akan terjadi atau dalam kasus otorisasi Dewan Keamanan.

Para analis juga mengatakan langkah menyerang Suriah bisa membuka pintu untuk penggunaan kekuatan sepihak dalam sejumlah situasi.

"Moralitas hukum adalah jebakan mutlak, karena apa yang bermoral bagi anda belum tentu bermoral bagi saya,"kata Didier Billion dari France's Institute for International and Strategic Affairs

Siapa yang memberi Perancis dan Amerika serikat hak untuk mengebom sebuah negara ? katanya, sembari menolak argumen mereka sebagai "tabir asap."

Patrick Baudouin, seorang pengacara dari Federasi Hak Asasi Manusia Internasional di Paris, mengatakan ,"itu melanggar hukum internasioal dengan tujuan untuk memastikan itu dihormati."
Ini adalah gagasan bahwa ada semacam hukum humaniter internasional yang didasarkan pada tanggung jawab untuk melindungi. Tapi bukan sesuatu yang ditetapkan dalam hukum internasional.

Saulnier yang merupakan anggota Doctors Without Borders setuju bahwa gagasan semacam itu adalah "konsep kosong' yang bisa menjadi bumerang.

"Apa yang berbahaya adalah bahwa barat sudah melancarkan perang melawan aktor non-negara Suriah, mempertaruhkan eskalasi terhadap konflik internasional agar bisa kembali ke meja perundingan, katanya.

Tetapi dengan mencoba menyiasati aturan yang ditetapkan tentang penggunaan kekuatan,"Kami melikuidasi struktur hukum yang dibangun sejak Perang Dunia II,kata Saulnier, memperingatkan akan kembali ke "diplomasi kapal perang"




Beberapa titik di Suriah mulai diserang oleh pasukan militer AS, Inggris dan Perancis setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan militer terhadap negara yang baru saja dilanda perang selama hampir 7 tahun.

"Beberapa waktu yang lalu, saya memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat untuk melakukan serangan yang presisi pada target yang diduga sebagai pabrik senjata kimia Suriah,"kata Trump dalam pidato yang disiarkan oleh televisi dari Gedung Putih pada Jumat malam.

Para pejabat AS mengatakan bahwa rudal jelajah Tomahawk dan jenis bom lainnya digunakan dalam serangan itu, dengan Kementrian Pertahanan Inggris yang menyatakan bahwa empat jet tornado RAF juga mengambil bagian dalam aksi penyerangan tersebut.

Perdana Menteri Inggris Theresa May juga mengatakan dia memberi wewenang kepada angkatan bersenjata Inggris untuk melakukan serangan yang terkoordinasi dan terarah,May mengatakan ," Saya telah melakukannya karena saya menilai tindakan ini untuk kepentingan nasional Inggris."

Observatoium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan serangan ditujukan ke pangkalan militer Suriah dan pusat penelitian kimia di sekitar Damaskus.
Jet Inggris menyerang fasilitas militer Suriah dekat provinsi Homs, menurut Kementrian Pertahanan Inggris.

Televisi pemerintah Suriah mengatakan bahwa serangan itu menghantam pangkalan militer negara itu di daerah Homs, menurut laporan Reuters.Seorang saksi mata Reuters mengatakan sedikitnya enam ledakan keras terdengar di Damaskus, dengan asap membubung di ibukota Surih tempat saksi kedua yang melaporkan bahwa Distrik Barzah, lokasi pusat penelitian kimia Suriah juga terkena serangan.

AS telah mengancam Damaskus dengan aksi militer, dipicu serangan kimia di Douma, Suriah, Ghouta Timur yang dicurigai oleh Barat dilakukan oleh pemerintah Assad. Serangan kimia ini menewaskan 60 orang yang melukai ratusan lainnya. Walau pemerintah Suriah telah membantah keras dan mempersilahkan tim pencari fakta OPCW (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons - Organisasi Pelarangan Penggunaan Senjata Kimia mempersilahkan tim pencari fakta untuk melakukan penyelidikan, namun nampaknya Trump tidak terlalu membutuhkan alasan untuk menyerang Suriah.

Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa serangan kimia tersebut dilakukan oleh kaum teroris militan pemberontak yang putus asa karena posisinya terdesak oleh pasukan Suriah. Untuk itu mereka memancing intervensi lebih lanjut dari pihak Barat, yaitu koalisi militer pimpinan AS yang telah melakukan serangan udara terhadap apa yang mereka sebut sebagai target teroris di di negara Arab sejak September 2014, tanpa otorisasi apapun dari pemerintah Damaskus maupun mandat PBB.

Dalam pidatonya, Trump mengatakan,"Tujuan dari tindakan kita malam ini adalah untuk membangun pencegah yang kuat terhadap produksi , penyebaran dan penggunaan senjata kimia."Dia juga mengingatkan Moskow dan Teheran terhadap dukungan mereka selama ini terhadap pemerintah Suriah yang sah, namun anehnya juga mengatakan ,"Mudah-mudahan, suatu ketika kita akan bisa bergaul dengan Rusia dan mungkin bahkan dengan Iran."

Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis mengatakan dalam jumpa pers bahwa serangan udara terhadap target di Suriah adalah "satu kali tembak" , dan penghentian aksi militer ini selanjutnya akan tergantung pada apakah pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia atau tidak.Dan para pejabat Pentagon menambahakan bahwa AS dan sekutunya akan menyerang Suriah lebih keras daripada yang telah mereka lakukan tahun lalu.

Reaksi Rusia

Duta Besar Rusia untuk AS telah memperingatkan konsekwensi setelah AS dan sekutunya meluncurkan aksi militer gabungan melawan Suriah. Rusia mengatakan merasa terancam oleh keputusan AS menyerang target-target di Suriah.

Anatoly Antonov dalam sebuah pernyatan pada Jumat malam,"Skenario yang telah dirancang sebelumnya akhirnya dilaksanakan. Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti ini tidak akan dibiarkan tanpa adanya konsekwensi. Semua tanggung jawab ada di Washington, London dan Paris."

Meskipun Rusia telah beberapa kali memberi peringatan, Presiden Trump ternyata tetap menjalankan aksi serangannya ke target-target militer Suriah.Dan militer Rusia yang beroperasi di Suriah tidak diberi peringatan terlebih dulu dalam serangan ini, ungkap Jenderal Joseph Dunford , Ketua Kepala Staf Gabungan kepada wartawan.

Dunfort juga mengatakan, target AS juga diarahkan sangat presisi untuk mengurangi resiko pasukan Rusia yang terdampak. "Kami menggunakan saluran deconfliction yang normal untuk mendekonfleks ruang udara.Kami tidak mengkoordinasikan target."

Dubes Rusia untuk AS, Antonov mengingatan AS,bahwa "AS lah pemilik gudang senjata terbesar yang tidak memiliki moral dan justru menyalahkan negara lain."
Keputusan untuk menyerang Suriah oleh koalisi AS dan sekutunya, muncul setelah juru bicara Kementrian Pertahanan Rusia Mayor Igor Konashenkov mempresentasikan bukti yang menunjukkan bahwa serangan kimia di Douma adalah rekayasa.

Serangan itu justru terjadi hanya beberapa jam sebelum para ahli dari organisasi PBB OPCW Organization for the Prohibition of Chemical Weapons dijadwalkan mengunjungi Douma pada hari sabtu minggun ini, untuk menentukan apakah senjata kimia memang digunakan disana atau tidak.

Ditengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, Rusia telah berulang kali mengingatkan AS dan sekutunya terhadap pengambilan tindakan militer Suriah, karena mungkin akan menyebabkan konsekwensi serius bagi seluruh dunia, terutama mengingat fakta bahwa pasukan Rusia dikerahkan di negara itu. Moskow juga menyarankan bahwa serangan rudal akan mengancam personil Rusia yang beroperasi di Suriah yang justru memerangi teroris jihadis di Suriah.


















Menurut Trump serangan ke Suriah bisa segera atau mungkin juga tidak. Kekhawatiran konfrontasi militer antara Rusia dan Barat melonjak tinggi pada hari Kamis, tetapi Presiden AS, Donald Trump meragukan kapan waktu serangan, yang merupakan tanggapan atas serangan gas kimia yang dilaporkan terjadi di daerah kantong pemberontak, Douma.

"I never said when an attack on Syiria would take place. Could be very soon or not so soon at all!"  ("Saya tidak pernah mengatakan kapan serangan terhadap suriah akan terjadi. Bisa segera atau tidak terlalu cepat."kata Trump dalam tweet pagi pertamanya.
"Never said when an attack on Syria would take place. Could be very soon or not so soon at all! In any event, the United States, under my Administration, has done a great job of ridding the region of ISIS. Where is our “Thank you America?”
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) April 12, 2018

"Tidak pernah dikatakan kapan serangan terhadap Suriah akan terjadi. Bisa jadi segera atau tidak segera sama sekali! Bagaimanapun, Amerika Serikat ada dalam kendali saya, telah melakukan pekerjaan besar untuk membersihkan wilayah ISIS. Dimana "Terimakasih Amerika?"

Tweet tersebut muncul sehari setelah dia mentweet bahwa rudal "akan datang" setelah terjadi serangan kimia yang dituduhkan Amerika dan sekutunya dilakukan oleh pemerintah Suriah tanggal 7 April lalu, dan diduga telah menewaskan puluhan orang.
Presiden Donald Trump dan para pembantu keamanan nasionalnya telah membahas opsi AS tentang Suriah dan "tidak ada keputusan akhir yang dibuat," menurut Gedung Putih. Sementara itu Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Theresa May, menyetujui "sangatlah mungkin" Presiden Suriah Bashar al Assad bertanggung jawab atas dugaan senjata kimia di Douma.

Mattis: Pentagon belum memiliki bukti penggunaan senjata kimia di Douma

Menteri Pertahanan AS James Mattis menegaskan kembali bahwa Pentagon masih belum memiliki bukti independen untuk mengkonfirmasi bahwa ada serangan senjata kimia di Suriah pekan lalu. “Saya percaya ada serangan kimia. Kami mencari bukti yang sebenarnya,” ungkap Mattis itu kepada anggota parlemen pada hari Kamis.

Dia menambahkan bahwa misi pencarian fakta oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia, Organization for the Prohibition Chemical Weapons (OPCW) dapat tiba di lokasi dugaan serangan di kota Douma "dalam seminggu," tetapi menekankan bahwa mandat yang dimiliki akan terbatas, untuk menetapkan apakah senjata kimia digunakan di lokasi atau tidak. Mattis menuduh Rusia dan Suriah menghalangi penyelidikan, meskipun Suriah mengundang para petugas OPCW untuk datang dan melakukan penyelidikan di Douma.

Douma pada saat serangan itu terjadi diduga berada di bawah kendali kelompok militan teroris, Army of Islam, dan baru minggu ini ditangkap oleh pasukan pemerintah Suriah. Keamanan di sana tetap rapuh, sebagaimana dibuktikan oleh serangan militan yang mengejutkan, dimana tiga wartawan Rusia terluka pada Rabu. OPCW dapat dipahami enggan untuk mengirim orang-orangnya ke daerah yang tidak aman, dan tidak pernah melakukan investigasi di tempat dugaan serangan senjata kimia tahun lalu di Khan Shaykhun karena masalah keamanan.

Mattis mengatakan AS dapat menggunakan aksi militer lagi, seperti yang dilakukan setelah insiden tahun lalu, tetapi harus mempertimbangkan dampaknya yang lebih luas. “Kami mencoba menghentikan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah. Tetapi pada tingkat strategis, bagaimana kita menjaga hal ini agar tidak meningkat di luar kendali,” jelasnya.

Rusia yakin bahwa insiden senjata kimia tahun lalu dan yang terjadi di Douma pekan lalu dilakukan oleh militan bersenjata dengan tujuan untuk mendorong AS mengambil tindakan militer terhadap pemerintah Suriah. Tentara Suriah semakin mantap dalam meraih kemenangan militer dalam perang sipil selama tujuh tahun yang telah banyak melibatkan pemain asing. Hal ini serupa dengan yang terjadi di Libya, pengeboman skala penuh yang terjadi pada tahun 2011 bisa mengubah gelombang untuk melawan Damaskus.

Dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump nampak AS tidak konsisten dalam sikapnya untuk menyerang Suriah. Trump mengirimkan sinyal campuran, bergantian antara mengancam Suriah dan Rusia dengan serangan yang akan dilakukan, dan mengatakan tidak ada jadwal serangan. Trump akan mengadakan sejumlah pertemuan pada hari Kamis, katanya kepada wartawan.

“Kami mengadakan sejumlah pertemuan hari ini, kita akan lihat apa yang terjadi,” kata presiden. “Sekarang kita harus membuat beberapa ... keputusan, jadi keputusan akan dibuat segera.”

Pasar saham dunia bereaksi ekstrim terkait dengan kian meningkatnya ketegangan geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Saham - saham anjlok , sementara harga komoditas naik tajam, harga emas dan minyak mentah (crude oil ) kembali melonjak pada titik tertinggi dalam 3 tahun terakhir yaitu $71/barrel.

Reaksi pasar ini dipicu oleh pernyataan keras Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang bersumpah akan segera mengirimkan rudal-rudal tercanggih mereka untuk menghancurkan Suriah utamanya menumbangkan pemerintahan Bassar al Assad karena dianggap bertanggung jawab atas terjadinya tragedi serangan gas kimia di Douma. Pernyataan Trump ini ditulis melalui akun twitternya. Hebatnya sang presiden, mengobarkan perang skala dunia cukup dengan mencuit di twitter.

Menanggapi ancaman dari Presiden AS Donald Trump, dari akun twitternya ini, juru bicara Kementrian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan ,"Rudal pintar harusnya mengarah ke teroris, bukan ke pemerintah (Suriah) yang sah, yang telah menghabiskan beberapa tahun untuk berjuang melawan terorisme internasional yang telah menyerbu wilayahnya."
Moskow mengatakan, jika rudal Amerika memang pintar, seharusnya teroris menjadi target nya.

Rusia sendiri telah menyatakan akan menembak jatuh semua rudal yang akan ditembakkan ke Suriah. Utusan Moskow untuk Lebanon, Alexander Zasykin telah memperingatkan Amerika Serikat bahwa militer Rusia memiliki hal untuk menembak jatuh rudal dan menghancurkan tempat peluncuran jika terjadi agresi AS terhadap Suriah.

Zasypkin menekankan, bahwa "pasukan Rusia akan menghadapi agresi AS di Suriah, dengan mencegat rudal dan memukul landasan peluncuran mereka,"lapor situs Al Manar mengutip utusan tersebut.

Duta Besar Zasypskin juga mengatakan bahwa tuduhan serangan kimia digunakan untuk membenarkan "tindakan ofensif" di Suriah, sementara eskalasi AS dan Barat terhadap Suriah akan mengarah pada krisis besar yang akan membahayakan kondisi global.

Pada hari Selasa, Dewan Keamanan PBB gagal untuk meloloskan tiga resolusi yang menyerukan untuk melakukan penyelidikan atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah. Rancangan ini disponsori oleh Rusia untuk mendukung misi pencarian fakta oleh OPCW (Prohibition of Chemical Weapons) Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia. Rancangan ini ditolak oleh beberapa negara antara lain : Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Polandia. Utusan PBB untuk Rusia, Vassily Nebenzia sekali lagi meminta Barat untuk menahan diri dari rencana yang bisa membawa dampak berbahaya terkait Suriah.

Pihak Rusia sendiri melihat upaya AS dan sekutunya untuk menghalang-halangi pemeriksaan OPCW ini sebagai hal yang janggal.
Zakharova mempertanyakan ,"Apakah inspektur OPCW sadar bahwa serangan rudal cerdas tersebut memang sengaja dipaksakan Amerika Serikat untuk menghancurkan semua bukti penggunaan senjata kimia di lapangan ? Atau apakah itu rencana sebenarnya untuk menutupi bukti dari serangan palsu ("False Flag") ini dengan serangan rudal, sehingga penyelidik internasional tidak akan memiliki bukti untuk dicari ?

Akal Sehat yang akan Memenangkan Perang

Presiden Vladimir Putin telah menyatakan harapannya, bahwa "akal sehat" lah yang pada akhirnya akan memenangkan peperangan di dunia modern seperti sekarang. Tindakan provokatif yang disponsori Amerika serikat ini akan membahayakan situasi internasional.

Pada hari Rabu, dalam sebuah acara , Presiden Putin mengatakan "Keadaan urusan dunia tidak akan menghasilkan apapun kecuali kekhawatiran, situasi dunia menjadi semakin kacau."
"Meskipun demikian kami masih berharap, bahwa akal sehat akhirnya akan menang, dan hubungan internasional akan memasuki jalur yang konstruktif, seluruh sistem dunia akan menjadi lebih stabil dan dapat diprediksi.

Moskow sendiri bertekad akan terus melakukan advokasi untuk memperkuat keamanan "global dan regional" , dan akan sepenuhnya mematuhi tanggung jawab internasional dan mengembangkan kerjasama dengan mitranya secara konstruktif dan saling menghormati.

Putin juga melanjutkan , "Kami akan mengejar agenda yang positif dan berorientasi pada masa depan dunia, dan bekerja untuk memastikan pembangunan yang stabil, kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia."

Perkembangan terakhir dari Memanasnya situasi di Suriah

Kapal induk AS, USS Harry S.Truman telah sampai di Suriah setelah melakukan perjalanan melalui Laut Mediterania.Selanjutnya USS Porter juga menyusul dan sedang dalam perjalanan menuju Suriah untuk bergabung dengan kapal perang US lainnya yaitu USS Donald Cook.

Sementara itu di pihak Rusia, telah mendaratkan pesawat canggihnya di Suriah.Pasukan Suriah dan koalisi Rusia dalam kondisi siaga penuh.
Serangan awal diprediksi akan bisa dilakukan oleh pihak Amerika Serikat dan sekutunya pagi ini.Jet-jet tempur AS lakukan patroli di udara perbatasan Irak dan Suriah.

Tampaknya Barat yang dimotori oleh Amerika Serikat memang tidak ingin segera mengakhiri perang yang terjadi di Suriah,setiap kali upaya untuk menghabisi sisa-sisa teroris internasional yang membuat kehancuran di Suriah menuai kemenangan, Barat selalu berusaha melindungi dan melakukan provokasi agar dunia mendukung upaya invasi total.
Keuntungan dari penjualan senjata yang dinikmati oleh Amerika Serikat dan sekutunya telah membuat mereka haus darah dan tidak mau lagi mempertimbangkan aspek kemanusiaan, serta perdamaian dunia.

Sementara itu negara-negara Arab yang menjadi pendukung Amerika dan sekutunya, justru tidak menyadari bahwa jika perang Suriah kembali pecah bahkan dalam skala yang lebih besar, mereka sendiri lah yang akan menanggung segala biaya perang, dan itu akan mendestabilisasi negara mereka kedepannya.

Yang tak habis untuk kita prihatinkan ,adalah nasib rakyat Suriah sendiri, perang yang mereka harapkan hampir selesai. Di saat harapan mulai kembali bersemi di negeri mereka yang telah hancur, kini harus menerima kenyataan getir bahwa , kemungkinan perang kembali pecah justru dengan daya rusak yang lebih dahsyat.
(Nyamar.com - Riyadh). Diberitakan oleh kantor berita negara Arab Saudi,SPA setidaknya ada 7 rudal balistik yang ditembakkan oleh pejuang Ansharullah Yaman yang mentarget beberapa sasaran penting. Dari 7 rudal tersebut, tiga rudal ditembakkan oleh pejuang pemberontak Houthi diluncurkan ke arah kota Riyadh, dan menurut keterangan juru bicara pasukan koalisi yang dipimpin Saudi yaitu Turki al-Maliki , rudal lainnya menargetkan Khamis Mushait, Najran, dan Jazan.


Beberapa saksi , termasuk yang disampaikan wartawan Reuters yang melaporkan mendengar beberapa ledakan keras dan kilatan terang di langit sesaat sebelum tengah malam di ibukota Saudi. Dalam keterangan yang disampaikan kepada SPA, Maliki juga menyebutkan satu warga negara Mesir telah tewas dan dua warga Mesir lainnya terluka oleh reruntuhan puing-puing karena hantaman rudal, di dalam tempat tinggal mereka di ibukota Saudi.

Dalam keterangan yang disampaikan pada media, pertahanan udara Saudi mengklaim berhasil merontokkan semua rudal balistik yang ditembakkan oleh para pejuang Ansharullah Yaman tersebut.Meski tetap menyebabkan tewasnya 1 korban, yang merupakan korban pertama di Riyadh sejak berlangsungnya serangan militer Saudi dan koalisi terhadap Yaman, tetangganya. Dan ini merupakan serangan rudal ketiga dari para pejuang Ansharullah dalam sebulan ini meski berhasil dicegat oleh pertahanan udara Saudi.

Kantor berita Saba Yaman, yang dikelola oleh Houthi melaporkan sebelumnya, bahwa pasukan rudal para pejuang Ansharullah telah menargetkan Bandar Udara Internasional King Khalid di Riyadh, dengan rudal Burkan H2. Mereka juga mengklaim telah menembakkan jenis-jenis rudal lain di bandara-bandara Saudi lainnya termasuk kota Abha. Serangan rudal yang mengarah ke Saudi ini merupakan bentuk balas dendam atas serangan udara Saudi yang disebutkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB telah menewaskan 136 warga sipil dan 87 orang lainnya terluka dalam serangan di Sana'a, Saada,Hodeida,Marib dan Taez yang dilakukan militer Saudi dan koalisinya antara 6-16 Desember.


Pada hari ke 1000 serangan militer Saudi dan koalisi ke Yaman, tetangganya, memang aksi serangan rudal balistik mengalami peningkatan oleh pasukan pejuang Ansharullah. Perang Yaman sendiri yang telah berlangsung 3 tahun telah membawa bencana kemanusiaan yang terbesar di dunia, blokade oleh militer Saudi dan koalisinya baik laut, darat dan udara, telah menyebabkan 20 juta warga Yaman hidup dalam penderitaan, kelaparan dan wabah penyakit yang parah.


Dalam laporan oleh Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman pada hari Minggu, serangan militer Saudi yang sedang berlangsung terhadap Yaman telah membunuh dan melukai lebih dari 600.000 warga sipil, termasuk lebih dari seperempat juta anak-anak. Lebih dari 247.000 anak telah kehilangan nyawa karena kekurangan gizi yang parah, dan 17.608 warga sipil telah meninggal karena tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai.




Kantor berita Suriah,SANA melaporkan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad telah mengunjungi posisi tentara dan berbicara dengan pasukan Suriah di daerah pinggiran Ghouta bagian timur ibukota Damaskus.

Ghouta Timur, daerah yang terkepung di pinggiran kota Damaskus yang merupakan rumah bagi sekitar 400.000 orang, telah menyaksikan dan mengalami kekerasan mematikan selama beberapa hari terakhir. Militan teroris yang disponsori asing meluncurkan serangan mortir, dan persenjataan tempur berat ke arah ibu kota Suriah, dan saat ini mereka sedang menghadapi kekalahan yang hina setelah digempur oleh pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia.



Dalam keterangan foto yang dilansir oleh kantor berita SANA, berbunyi ""Presiden Assad dengan pahlawan Angkatan Darat Arab Suriah di garis depan di Ghouta Timur,". Foto-foto yang dikeluarkan oleh kantor berita resmi Suriah menunjukkan bahwa Presiden Assad dikelilingi oleh kerumunan pria dengan pakaian militer, beberapa lainnya bertengger di atas tank.Foto-foto itu diambil di sebuah jalan yang berlatar bangunan yang rusak dengan beberapa tank yang diparkir.

Sebagaimana telah diberitakan, Suriah dan Rusia telah menyudutkan militan yang didukung asing ini di pedesaan sebagai bagian dari upaya untuk membebaskan warga sipil yang bersembunyi disana dan mengakhiri serangan para militan bersenjata dari pinggiran kota di Damaskus.

Selama melakukan gempuran terhadap posisi para militan takfiri ini,pasukan pemerintah Suriah telah menemukan bengkel yang digunakan untuk membuat senjata kimia. Militer Suriah juga telah mencegat kargo senjata dan amunisi yang bergerak menuju Ghouta Timur.
Sebelumnya, pada hari Minggu, tentara Suriah memberi ultimatum kepada para militan teroris yang disponsori asing dan melakukan serangan di kota Harasta agar segera menarik diri sampai pukul 3 sore waktu setempat (13.00 GMT).



Laporan tersebut dirilis tak lama setelah SANA, kantor berita resmi Suriah melaporkan bahwa ribuan warga sipil, digunakan oleh para militan teroris bersenjata ini sebagai perisai manusia untuk menghambat laju pasukan pemerintah dan pejuang sekutu mereka dari kelompok-kelompok pertahanan rakyat , yang telah berhasil meninggalkan Ghouta Timur.

Pasukan pemerintah Suriah saat ini sedang mengejar sisa-sisa militan teroris ini di kota Kafr Batna dan Saqba di pinggiran selatan Ghouta Timur.Tentara Suriah telah memulai operasi menyisir kota Saqba, yang terletak 7 km sebelah timur Damaskus tengah, dan membersihkan ranjau yang ditanam militan takfiri di daerah tersebut.







Moskow - (Nyamar.com). Pemimpin Rusia , incumben, Vladimir Putin, sampai tulisan ini dibuat , surat suara yang dihitung telah mencapai lebih dari 50%, sejauh ini suara untuk Putin telah melampaui angka 75%. Vladimir Putin memimpin perolehan suara diatas mayoritas yang dibutuhkan dan mengungguli kandidat-kandidat lainnya.

Kandidat dari Partai Komunis pertama kali Pavel Grudinin berada di posisi kedua dengan hampir 12 persen suara, sementara politisi nasionalis veteran Vladimir Zhirinovsky, yang pertama kali berhadapan dengan Boris Yeltsin pada 1991, memimpin tiga besar dengan enam persen.

Hasil awal sesuai dengan exit-polling yang dilakukan oleh FOM , Badan Polling Rusia, yang memperkirakan suara untuk putin akan mencapai 77%, sementara VCIOM yang meramalkan hasil akhir untuk Putin adalah sekitar 73,9%. Ella Pamfilova, kepala Komisi Pemilu Pusat Rusia, mengatakan bahwa tidak ada pelanggaran besar selama pemungutan suara, dan hanya "keluhan kecil dan lokal" yang diterima.

"Teman-teman yang terhormat,terimakasih," demikian ucap Putin kepada para pendukungnya,setelah mengetahui hasil sementara yang menunjukkan kemenangannya pada pemilu presiden kali ini. Putin menyatakan bahwa hasil pemilihan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa rakyat mendukung jalur politiknya, meski masa-masa sulit yang baru-baru ini dialami oleh Rusia. Ketika seorang wartawan bertanya kepadanya "Apakah kita akan melihat 'Putin baru' atau 'Putin Tua' dalam enam tahun kedepan. Sambil tersenyum Putin menjawab ,"Semua berubah. Kita semua berubah."

Berbicara dengan wartawan di markasnya, Putin menyampaikan isu politik terpanas. Presiden mengomentari kasus Skripal dan tuduhan yang diajukan Inggris terhadap Rusia. Putin memecat mereka, menyatakan bahwa "Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa Rusia akan melakukan hal seperti itu sebelum pemilihan dan Piala Dunia."

Pemimpin Rusia mengecam situasi di Ukraina, yang menyatakan bahwa keputusan Kiev untuk memblokir fasilitas diplomatik Rusia dan mencegah pemilih mengakses tempat pemungutan suara adalah pelanggaran hukum internasional yang jelas.

Putin pertama kali terpilih ke Kremlin pada tahun 2000, dan lagi empat tahun kemudian. Secara konstitusional seorang Presiden dilarang memimpin lebih dari dua kali berturut-turut, dia tidak mencalonkan diri di tahun 2008, di tahun yang sama diputuskan masa jabatan presiden selama empat tahun menjadi enam tahun. Putin memenangkan 63,6 persen suara pada tahun 2012, dan, jika hasil awal dikonfirmasi, dia sekarang akan tinggal di posisinya sampai 2024, tahun dia berusia 72 tahun. Selamat untuk Presiden Vladimir Putin , kembali memimpin Rusia , dan di bulan Juni - Juli nanti akan menjadi tuan rumah pesta sepak bola dunia "World Cup" 2018.


 
Moskow,Nyamar.com - Militer Rusia melaporkan telah berhasil mengevakuasi 52 orang warga sipil dari Ghouta Timur, Suriah, Senin (12/3) . Warga yang dievakuasi merupakan penduduk Misraba dan 26 orang diantara mereka adalah anak-anak. Mereka ditampung di tempat pengungsian sementara untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Dari penampungan sementara,mereka akan dibawa ke Idlib melalui koridor al-Wafeedin. Diantara warga yang dievakuasi terdapat 13 militan angggota Hay'et Tahrir al-Syam. Kelompok tersebut dikenal sebagai militan yang berafiliasi dengan Al Qaeda, al-Nusra Front. Evakuasi para militant ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Jaish al-Islam,salah satu kelompok pemberontak Suriah yang cukup besar.Evakuasi warga Eastern Ghouta ke Idlib dilakukan dengan menggunakan bus. Pada Februari lalu, Jais al-Islam mengirim surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta tolong untuk mengevakuasi anggota Hay-et Tahrir al-Sham yang cedera.

Memang sejak tiga pekan lalu, pasukan Suriah melakukan gempuran ke wilayah Ghouta Timur,karena  wilayah ini masih diduduki para militan yang terdiri dari beberapa kelompok pemberontak seperti Jaish al Islam,Faylaq ar Rahman, Hay'at Tahrir Al Sham, Harakat Nour Al-Din al_zenki, dan Harakat Ahrar al-Sham al-Islamiyya. Mereka ini bukan penduduk sipil melainkan kelompok bersenjata tempur yang lengkap, yang tidak kalah dengan senjata yang dipunyai sebuah negara. Jadi serangan pasukan Suriah adalah dalam rangka melumpuhkan petempur pemberontak yang masih bercokol di wilayah Ghouta, bukan menyerbu penduduk sipil tak berdosa.

Narasi berita yang dirilis oleh beberapa media mainstream barat yang kemudian diduplikasi oleh beberapa media dalam negeri yang mengatakan bahwa Ghouta Timur sedang mengalami gempuran yang membuat penduduk sipil menderita,dan kondisi Ghouta bak neraka baru karena kekejaman militer Suriah,perlu diverifikasi ulang dengan informasi pembanding. Video wawancara pengamat politik dari Inggris, Dr.Marcus Papadopoulos kiranya bisa menjadi referensi penyeimbang yang perlu kita cermati. Juga video jurnalis cantik AS Rania Khalek. Dalam kedua video tersebut, bisa menjawab siapakah yang menjadi sasaran gempuran tentara Suriah, dan siapa yang sebenarnya berada di Ghouta Timur ?





Kesimpang siuran informasi yang diberitakan oleh banyak media barat, memiliki kesamaan modus dengan apa yang terjadi sebelumnya dengan Aleppo (2016) dan Idlib (2017). Memang tidak dipungkiri masih terdapat penduduk sipil yang tinggal dikota-kota yang diduduki para mujahidin palsu tersebut, dan memang mereka dijadikan perisai oleh pemberontak agar bisa berlindung dari serangan militer Suriah. Para pemberontak yang dilengkapi senjata tempur yang lengkap dan modern ini memiliki afiliasi dengan berbagai kelompok transnasional, seperti Al Qaeda dan juga Ikhwanul Muslimin.

Gempita tagar save Ghouta pun menjadi momen yang tidak dilewatkan, baik untuk sekedar mengirim doa maupun penggalangan dana. Namun satu hal yang harusnya tetap dilakukan oleh netizen cerdas adalah mendapatkan informasi yang berimbang. Bagaimanapun , dana yang dengan ikhlas anda sumbangkan sebagai wujud simpati kepada rakyat Suriah jangan sampai jatuh ke tangan yang justru bisa memperlama penderitaan rakyat Suriah, yaitu militan pemberontak yang telah mencetuskan perang berkepanjangan sejak 2011, dan mereka adalah korban propaganda jihad palsu yang diserukan dengan mengobral hoax dan fitnah serta provokasi kebencian karena konflik sektarian. Percayalah , anda tidak akan sulit untuk melakukan cross check berita , di era digital yang informasinya membanjir seperti ini. Hanya dibutuhkan kejernihan pikiran dan hati yang tulus untuk benar-benar bisa objektif melihat sebuah masalah.