WHAT'S NEW?
Loading...

Putin Siap Mengirimkan S-400 untuk Erdogan




Ankara,Turkey, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Selasa, 2 April bahwa negaranya akan membeli sistem pertahanan misil jarak jauh dari Rusia , S-400.
Sputnik melaporkan bahwa Presiden Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat dalam konferensi Pers setelah pertemuan mereka di istana Presiden di Ankara, Turki tanggal 3 April 2018.

Ini merupakan kunjungan Vladimir Putin ke negara lain sejak kembali terpilih sebagai presiden Rusia pada pemilu bulan lalu. Presiden Rusia dan Turki setuju untuk memperluas kerjasama militer , dan meluncurkan pembangunan pembangkit tenaga nuklir pertama di negara itu.

Pada bulan Desember tahun lalu, Rusia dan Turki telah menyelesaikan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal jarak jauh S-400 dari Rusia, yang menyebabkan meningkatkan ketegangan antara Turki dengan beberapa anggota NATO.
"Kami telah membuat kesepakan mengenai S-400. Pembahasan tentang hal ini sudah final. Dan sudah menjadi kesepatakan,"kata Erdogan.

"Kami mempercepat produksi,dan kami telah menyetujui harganya, yang merupakan hal penting,"kata Putin, sambil berdiri disamping Recep Tayyip Erdogan. ""Dalam hal percepatan jadwal pengiriman, kami juga telah mengusahakan hal ini sesuai permintaan mitra Turki kami."

Rusia dan Turki bukan hanya bekerja sama dalam soal pertahanan militer, namun keduanya sepakat untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu di pantai selatan negara itu, yang akan dibangun oleh perusahaan Rusia dengan biaya $20 miliar, yang diharapkan akan bersumber melalui konsorsium bersama.
"Kami tidak hanya memulai pembangunan pabrik nuklir pertama Turki, kami mendirikan sektor nuklir Turki," kata presiden Putin, tentang proyek yang telah dibicarakan selama tiga tahun terakhir.

"Kami bertujuan untuk memproduksi unit energi pertama pada tahun 2023. Kami akan melakukannya pada ulang tahun ke-100 Republik Turki. Ketika semua unit beroperasi,PLTN akan memasok 10% dari permintaan listrik Turki."

Kedua pihak mengkonfirmasikan komitmen mereka untuk proyek pipa gas Iran yang bernilai $12 Milyar,segmen darat yang menurut pejabat Rusia, masih menunggu ijin pemerintah Turki. Selain itu,Moskow dan Ankara telah mengumumkan pembentukan dana investasi negara bersama, dengan nilai awal $1 Miliar,yang akan mencari peluang ekonomi yang menguntungkan kedua negara.

Reaksi Media Barat

Media-media mainstream Barat terutama dari Amerika Serikat, seolah bereaksi hampir senada atas kesepakatan antara Putin dan Erdogan ini. Sebagaimana yang sering terjadi, labelisasi terhadap pemimpin negara yang "bandel" dengan skenario Amerika langsung meluncur dari berbagai sumber, baik media massa, pejabat gedung putih maupun Pentagon. Kata "rejim" biasanya menjadi indikasi ketidak sukaan pemerintah terhadap pemimpin yang dimaksud. Penggambaran sebagai diktator yang tiran, kejam dan tidak demokratis bukan hal yang aneh kita jumpai.

Washington Post dalam liputannya, membersitkan kembali peristiwa yang mengingatkan publik saat ketegangan diplomatik terjadi antara Rusia dan Turki karena penembakan pesawat militer Turki. Demikian juga blow up kasus serangan racun kimia di Inggris yang dituduhkan kepada bekas mata-mata Rusia. Hubungan Turki pun memburuk dengan beberapa negara sekutunya di Barat, karena hak asasi manusia dan operasi militernya melawan Kurdi di Suriah.

Erdogan mengatakan hal ini sebagai upaya untuk meracuni kerja sama antara Turki dan Rusia, dia menambahkan "Alhamdulillah hubungan kami semakin kuat seperti baja setelah besi dipadamkan dengan air, dan setiap provokasi untuk hal itu akan menemui kegagalan."

Ekspresi Keputusan Putin

Di dalam negeri sendiri, reaksi publik atas apa yang dilakukan Putin bersama Erdogan cukup membuahkan diskusi yang menarik, ada yang mengecam dan kecewa dengan langkah-langkah Putin, dan sebaliknya ada pula yang menganggap hal ini sebagai bagian strategi politik dalam negeri Rusia yang tentu sudah dalam pertimbangan.

Satu hal yang perlu kita catat, dalam sebuah peristiwa politik yang tidak terlalu menyenangkan bagi Amerika, biasanya Pentagon akan bereaksi pertama. Sekalipun hal itu berkaitan dengan urusan dalam negeri negara lain, reaksi "nyinyir" acap kali dilakukan pejabat Pentagon. Tentu saja hal ini bukan lah hal yang layak kita tiru,sebagaimana kita juga tidak akan suka dengan "kenyinyiran" negara lain atas apa yang terjadi di negara kita. Ya, politik tidak bisa dipandang sekedar hitam-putih saja.

Bagaimana penilaian tentang sikap Putin terhadap rakyatnya sendiri, harusnya kita mengajukan pertanyaan kepada rakyat Rusia yang baru saja berbondong memilihnya dengan suara kemenangan 77%. Mereka percaya Putin tentu punya pertimbangan sendiri dalam menjalankan politik luar negerinya,agar tidak kembali jatuh seperti era Boris Yeltsin. Kita tidak perlu meniru gaya Pentagon yang seolah paling berhak menilai siapa yang dianggap buruk sekaligus melabeli nya dengan sesuka hati. Yang jelas, era Putin ini telah mampu membawa Rusia kembali menjadi negara adidaya.

0 komentar:

Posting Komentar