WHAT'S NEW?
Loading...

13 Rudal Tomahawk Ditembak Jatuh, Serangan US terhadap Suriah





Beberapa titik di Suriah mulai diserang oleh pasukan militer AS, Inggris dan Perancis setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan militer terhadap negara yang baru saja dilanda perang selama hampir 7 tahun.

"Beberapa waktu yang lalu, saya memerintahkan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat untuk melakukan serangan yang presisi pada target yang diduga sebagai pabrik senjata kimia Suriah,"kata Trump dalam pidato yang disiarkan oleh televisi dari Gedung Putih pada Jumat malam.

Para pejabat AS mengatakan bahwa rudal jelajah Tomahawk dan jenis bom lainnya digunakan dalam serangan itu, dengan Kementrian Pertahanan Inggris yang menyatakan bahwa empat jet tornado RAF juga mengambil bagian dalam aksi penyerangan tersebut.

Perdana Menteri Inggris Theresa May juga mengatakan dia memberi wewenang kepada angkatan bersenjata Inggris untuk melakukan serangan yang terkoordinasi dan terarah,May mengatakan ," Saya telah melakukannya karena saya menilai tindakan ini untuk kepentingan nasional Inggris."

Observatoium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan serangan ditujukan ke pangkalan militer Suriah dan pusat penelitian kimia di sekitar Damaskus.
Jet Inggris menyerang fasilitas militer Suriah dekat provinsi Homs, menurut Kementrian Pertahanan Inggris.

Televisi pemerintah Suriah mengatakan bahwa serangan itu menghantam pangkalan militer negara itu di daerah Homs, menurut laporan Reuters.Seorang saksi mata Reuters mengatakan sedikitnya enam ledakan keras terdengar di Damaskus, dengan asap membubung di ibukota Surih tempat saksi kedua yang melaporkan bahwa Distrik Barzah, lokasi pusat penelitian kimia Suriah juga terkena serangan.

AS telah mengancam Damaskus dengan aksi militer, dipicu serangan kimia di Douma, Suriah, Ghouta Timur yang dicurigai oleh Barat dilakukan oleh pemerintah Assad. Serangan kimia ini menewaskan 60 orang yang melukai ratusan lainnya. Walau pemerintah Suriah telah membantah keras dan mempersilahkan tim pencari fakta OPCW (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons - Organisasi Pelarangan Penggunaan Senjata Kimia mempersilahkan tim pencari fakta untuk melakukan penyelidikan, namun nampaknya Trump tidak terlalu membutuhkan alasan untuk menyerang Suriah.

Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa serangan kimia tersebut dilakukan oleh kaum teroris militan pemberontak yang putus asa karena posisinya terdesak oleh pasukan Suriah. Untuk itu mereka memancing intervensi lebih lanjut dari pihak Barat, yaitu koalisi militer pimpinan AS yang telah melakukan serangan udara terhadap apa yang mereka sebut sebagai target teroris di di negara Arab sejak September 2014, tanpa otorisasi apapun dari pemerintah Damaskus maupun mandat PBB.

Dalam pidatonya, Trump mengatakan,"Tujuan dari tindakan kita malam ini adalah untuk membangun pencegah yang kuat terhadap produksi , penyebaran dan penggunaan senjata kimia."Dia juga mengingatkan Moskow dan Teheran terhadap dukungan mereka selama ini terhadap pemerintah Suriah yang sah, namun anehnya juga mengatakan ,"Mudah-mudahan, suatu ketika kita akan bisa bergaul dengan Rusia dan mungkin bahkan dengan Iran."

Menteri Pertahanan AS, Jim Mattis mengatakan dalam jumpa pers bahwa serangan udara terhadap target di Suriah adalah "satu kali tembak" , dan penghentian aksi militer ini selanjutnya akan tergantung pada apakah pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia atau tidak.Dan para pejabat Pentagon menambahakan bahwa AS dan sekutunya akan menyerang Suriah lebih keras daripada yang telah mereka lakukan tahun lalu.

Reaksi Rusia

Duta Besar Rusia untuk AS telah memperingatkan konsekwensi setelah AS dan sekutunya meluncurkan aksi militer gabungan melawan Suriah. Rusia mengatakan merasa terancam oleh keputusan AS menyerang target-target di Suriah.

Anatoly Antonov dalam sebuah pernyatan pada Jumat malam,"Skenario yang telah dirancang sebelumnya akhirnya dilaksanakan. Sekali lagi, kami sedang diancam. Kami memperingatkan bahwa tindakan seperti ini tidak akan dibiarkan tanpa adanya konsekwensi. Semua tanggung jawab ada di Washington, London dan Paris."

Meskipun Rusia telah beberapa kali memberi peringatan, Presiden Trump ternyata tetap menjalankan aksi serangannya ke target-target militer Suriah.Dan militer Rusia yang beroperasi di Suriah tidak diberi peringatan terlebih dulu dalam serangan ini, ungkap Jenderal Joseph Dunford , Ketua Kepala Staf Gabungan kepada wartawan.

Dunfort juga mengatakan, target AS juga diarahkan sangat presisi untuk mengurangi resiko pasukan Rusia yang terdampak. "Kami menggunakan saluran deconfliction yang normal untuk mendekonfleks ruang udara.Kami tidak mengkoordinasikan target."

Dubes Rusia untuk AS, Antonov mengingatan AS,bahwa "AS lah pemilik gudang senjata terbesar yang tidak memiliki moral dan justru menyalahkan negara lain."
Keputusan untuk menyerang Suriah oleh koalisi AS dan sekutunya, muncul setelah juru bicara Kementrian Pertahanan Rusia Mayor Igor Konashenkov mempresentasikan bukti yang menunjukkan bahwa serangan kimia di Douma adalah rekayasa.

Serangan itu justru terjadi hanya beberapa jam sebelum para ahli dari organisasi PBB OPCW Organization for the Prohibition of Chemical Weapons dijadwalkan mengunjungi Douma pada hari sabtu minggun ini, untuk menentukan apakah senjata kimia memang digunakan disana atau tidak.

Ditengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, Rusia telah berulang kali mengingatkan AS dan sekutunya terhadap pengambilan tindakan militer Suriah, karena mungkin akan menyebabkan konsekwensi serius bagi seluruh dunia, terutama mengingat fakta bahwa pasukan Rusia dikerahkan di negara itu. Moskow juga menyarankan bahwa serangan rudal akan mengancam personil Rusia yang beroperasi di Suriah yang justru memerangi teroris jihadis di Suriah.















0 komentar:

Posting Komentar