WHAT'S NEW?
Loading...
Ustad Somad, Hoax Suriah dan Surga Hoax (Surga Palsu )
Ustadz Somad di kesempatan berdiskusi dengan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian di acara Program Damai Indonesiaku TV One, Senin , 5 maret 2018 mengatakan umat muslim yang menyebarkan kebohongan seperti MCA (Muslim Cyber Army) akan bisa masuk surga, tapi surga bagi para hoaxers tentunya hanya surga hoax ( surga bohongan ). Namun tak berselang lama, akun Fanpage Ustadz Abdul Somad justru mengunggah tulisan tentang sikap nya terkait krisis Suriah, tanpa merujuk pada data yang telah begitu banyak berserak, bahkan cenderung memprovokasi dan menyebarkan hoax pula, bisa dapat surga hoax loo pak Ustadz..
Status Fanpage facebook yang diberi judul "Sikap kami terhadap Bashar Al Assad dan Konflik Suriah" ini berisi 10 poin , diantaranya berisi tentang kesesatan madzhab Sy'iah, kekejaman yang dilakukan Presiden Suriah Bashar Al Assad karena banyak melakukan pembunuhan dan kekejian terhadap rakyatnya sendiri.
Dalam paragraf lain di status tersebut, Abdul Somad juga dengan percaya diri menuliskan bahwa Presiden Bashar Al Ashad adalah seorang penganut Syi'ah Nushairiyyah yang menurutnya lebih bengis daripada sy'iah Rafidah. Istri sang presiden juga seorang syi'ah yang lahir di London Inggris. Dituliskan pula bahwa dia (Bashar Al-Assad) telah membunuhi kaum Muslimin secara massif baik laki-laki maupun wanita, orang tua, orang muda, dan anak-anak. dengan kata lain, ia telah menghalalkan darah kau muslimin .
Dari tulisan status fanpage Abdul Somad ini muncul banyak pertanyaan yang seharusnya mendapatkan klarifikasi dari yang bersangkutan. Karena sebenarnya krisis Suriah yang telah berlangsung sejak 2011, pada fase-fase akhir peperangan, tidak lagi mampu menyembunyikan kebohongan-kebohongan yang selama ini disebarkan dengan masif untuk menutupi kenyataan sebenarnya. Pesta pora yang dilakukan rakyat Suriah untuk merayakan pembebasan kota-kota di Suriah dari cengkeraman ISIS dan pemberontak, serta gegap gempita dukungan rakyat Suriah terhadap kemenangan pasukan pemerintah Assad tidak mampu lagi ditutupi oleh media mainstream manapun. Namun sayangnya, Pak Ustadz sepertinya ketinggalan kereta, tidak mengikuti rujukan yang benar, hingga kembali mengangkat isu basi yang kini justru telah banyak terpatahkan oleh fakta-fakta.
Beberapa Jawaban Telak atas Tulisan Hoax Abdul Somad :
Kesaksian Dr.Al Buthi (Putra As-Syahid Syaikh Said Ramadan Al Buthi) , seorang ulama ahlul sunnah wal jamaah (sunni) yang terbunuh akibat bom pada malam Jumat, 21 Maret 2013,saat sedang mengajar/ceramah di masjid Al-Iman Damaskus. Beliau mengatakan bahwa krisis suriah bukanlah konflik sektarian, sunni -syi'ah, atau muslim - non muslim. Ada tiga target utama dari konflik yang melanda Suriah. Pertama menghancurkan Suriah, kedua, mendistorsi dan mencoreng wajah Islam di mata dunia, sebagai agama yang menyeramkan sekaligus menakutkan agar mereka menjauh dari risalah ini. Mayoritas penduduk Suriah adalah sunni sebesar 74% dan mereka mayoritas sangat mencintai presidennya yaitu Bashar Al Assad, terbukti Assad memenangkan pemilu hingga 88,7% suara rakyat.
Apakah masuk akal jika seorang Presiden bengis yang melakukan pembunuhan terhadap rakyat, justru memenangkan pemilu dengan kemenangan nyaris mutlak ? Pernyataan bahwa Presiden Assad yang seorang penganut Syi'ah ,sehingga rejim Assad dituduh sebagai rejim yang bertanggung jawab melakukan pembantaian penduduk Sunni juga bertentangan dengan fakta. Mayoritas kabinet pemerintahan di Suriah diisi oleh orang-orang Sunni. Jabatan-jabatan penting seperti Wakil Presiden, Wakil Presiden 1, Perdana Menteri, Deputi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri, Menteri Informasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dll diisi orang-orang Sunni. Grand Mufti resmi Suriah Syaikh Ahmad Badruddin Hassun pun seorang ulama besar Sunni. Bahkan istri Bashar yaitu Asma al-Assad adalah seorang muslimah Sunni dari Homs.
Fakta lain yang juga sering ditutupi media adalah bahwa mayoritas pemberontak Suriah justru bukan rakyat Suriah,mereka berdatangan dari 83 negara termasuk dari Indonesia,yang merupakan korban propaganda "seruan jihad palsu". Dan terutama pula mereka tersulut oleh propaganda takfiri yang diserukan justru untuk menghancurkan sebuah negara berdaulat yang mayoritas dihuni muslim.
Pernyataan Dubes RI Suriah tentang Krisis Suriah dan Bashar Al Assad
Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) Republik Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto, Suriah, memiliki jasa tak sedikit untuk Indonesia. Ketika Suriah bergabung dengan Mesir dalam Republik Persatuan Arab (RPA), Suriah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam kesempatan wawancara dengan beliau, Dubes RI untuk Suriah ini mengatakan bahwa Bashar Assad itu Alawie (Sayyid), yang terdiri antara lain dari Druze. Ia seorang bermadzhab Sunni.
Beliau juga menyatakan ketika Mufti Syekh Adnan al-Fayouni, yang diundang beberapa kali ke Indonesia oleh ICIS, dan belum lama ini ke Indonesia, pak Dubes melihat sendiri, beliau memimpin mengimami shalat pada acara Maulid Nabi, di belakangnya Assad, shalatnya bersedekap berarti bukan Syiah. Itu kita luruskan dulu.
Informasi yang menyatakan pemerintah Assad membunuhi rakyatnya. Itu tidak benar. Pemerintah solid,karena rakyat sangat mendukung pemerintahan dan presidennya.Kalau dulu perang itu antar prajurit, tak boleh menyerang rumah sakit dan lain-lain, rumah ibadah, sekolah. Nah sekarang jihadis di Suriah yang fanatis dengan ISIS, Al-Qaeda, saling berperang. Bukan hanya pemerintah. Itu yang harus diketahui. Saya langsung disana, melihat dengan mata saya, mengamati detik demi detik dan melaporkan ke pemerintah RI.
Produksi Hoax Terbesar di Masa Krisis Suriah
Krisis Suriah bisa dikatakan sebagai buah dari industri hoax yang dibangun untuk kepentingan politik jahat. Foto-foto palsu seolah rejim Assad telah membunuh ribuan anak dan bayi malang di Suriah mampu membangkitkan kemarahan kaum muslim yang lain,apalagi dibumbui isu sektarian, bahwa rejim ini penganut Syi'ah. Tak terhitung foto maupun video yang diproduksi maupun diedit dengan narasi yang menyulut kemarahan dan kebencian tak terperi. Foto dan video itu tak terkira banyaknya, dan masih bisa ditelusuri jejak digitalnya, apalagi banyak aktifis kemanusiaan yang juga mengarsip propaganda dan kebohongan ini sebagai bukti nyata bahwa fitnah itu memang dengan masif disulutkan dan disebarkan.
Kesaksian Mahasiswa Suriah
Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami), secara resmi, telah mengirimkan surat kepada Ustadz Abdul Somad (UAS) untuk tabayun kepada para alumni Suriah, atas pernyataannya terkait krisis Suriah, di Medan, pada 9-11 Maret 2018. M. Najih Arromadloni, Sekjen Alsyami, saat kami konfirmasi, membenarkan surat tabayyun tersebut. Di sela kesibukannya menyiapkan Silatnas (Silaturrahim Nasional) alumni Suriah di Medan 9-11 Maret, Najih menuturkan bahwa salah satu poin yang ingin diklarifikasi dari Abdullah Somad adalah pernyataannya terkait krisis Suriah, baik melalui video ceramah maupun Fans Page-nya.
Namun sampai hari ini, Abdul Somad sendiri belum memberikan konfirmasi sedikitpun terkait dengan surat yang dilayangkan oleh Alsyami.Najih juga berharap agar UAS meralat peryataanya setelah mendengar klarifikasi dari Silatnas tersebut. Bahkan kabar terbaru hingga sore ini (17.30), UAS masih belum memberikan tanggapan. Alsyami sendiri memberikan waktu hingga tanggal 11 sore, tepat bersamaan dengan ditutupnya Silaturrahim Nasional Alsyami di Medan.
Sementara itu Lian Fikyanto, seorang mahasiswa Indonesia di Suriah,melalui akun Facebooknya menceritakan pengalamannya selama di Suriah terkait tuduhan yang diarahkan pada Presiden Suriah Bashar Al Assad. Lian juga menyertakan beberapa foto aktifitasnya selama belajar di Suriah. Dan sebenarnya ini tidak berbeda dengan pernyataan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Suriah dan Damaskus, yang mengatakan yang terjadi di Suriah bukanlah konflik sektarian, tapi serbuan jihadis asing yang dimobilisasi kekuatan luar untuk menghancurkan Suriah. Demikian halnya dengan tuduhan bahwa pemerintah Suriah lah yang bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap rakyat Suriah, faktanya pemerintah justru berusaha melindungi Suriah dari serbuan kekuatan asing yang berkedok jihad.
Perlu kiranya kita mencatat kembali pesan dari Prof.Dr.Taufiq Al-Buthi yang menekankan pentingnya mewaspadai bahaya fitnah bagi keberlangsungan sebuah bangsa. Kelompok ekstrem, menurut Al-Buthi menggunakan fitnah sebagai senjata utama untuk merongrong fondasi sebuah bangsa. Fitnah dianggap mempunyai kekuatan untuk menciptakan jurang yang membelah kekuatan-kekuatan sosial-politik penopang keutuhan bangsa; ia mendorong posisi ekstrim dan pada akhirnya menggoyahkan pondasi bangsa. Dalam situasi ini, kelompok ekstrim yang pada umumnya adalah kelompok kecil akan memetik keuntungan karena bisa memainkan peran kunci. Keberadaannya dianggap penting oleh masyarakat luar sebagai alat koreksi.
Jadi, fitnah bukanlah sekedar ekspresi kemarahan dan kebencian buta, tetapi lebih dari itu adalah sebuah strategi yang didasarkan pada kesadaran taktis.
Karakteristik Ashabul Fitnah
Menurut Dr Al Buthi ada tiga karakteristik ashabul fitnah (kelompok ekstrem yang menggunakan strategi fitnah) :
Pertama, mudah mengafirkan kelompok yang berseberangan baik secara agama dan politik. Dalam Islam, tindakan mengafirkan Muslim lain sangat dilarang; bahkan secara keras Nabi Muhammad pernah mengingatkan bahwa barang siapa mengafirkan Muslim lain maka tuduhan itu bisa berbalik pada dirinya sendiri. Mereka yang suka mengafirkan bisa jadi dia sendirilah yang kafir.
Kedua, sifat takfiri ini berkaitan dengan dengan karakter kedua yakni kecenderungan untuk menciptakan polarisasi berdasarkan aliran (mazhab) dan identitas keagamaan. Polarisasi ini dianggap penting karena pada umumnya tidak ada bangsa yang sepenuhnya homogen. Sejarah sebuah bangsa biasanya dibentuk oleh proses negosiasi dan kompromi di antara kekuatan-kekuatan sosial politik yang berbeda. Dengan demikian dimungkinkan terjadinya koeksistensi damai antar masyarakat yang berbeda identitas dan keyakinan. Di Suriah, menurut Al-Buthi, relasi antar warga tidak dipengaruhi oleh perbedaan agama dan aliran. Adalah hal yang biasa bahwa satu apartemen menjadi tempat tinggal bersama warga yang berbeda keyakinan.
Ketiga, tantangan utama kelompok ekstrem dalam menciptakan polarisasi adalah tokoh atau ulama moderat. Ulama moderat menjadi kekuatan penting karena merekalah yang memberikan basis legitimasi bagi koeksistensi damai. Dalam teori perdamaian tokoh moderat mewakili salah satu prasyarat koeksistensi damai yang disebut “critical mass of peace enhancing leaders.” Dalam sebuah masyarakat multikultur, selalu ada kekuatan yang kritis dan ekstrim. Tokoh pembawa damai dalam jumlah yang cukup kuat (critical mass) menjadi kunci keberlangsungan pluralitas dalam masyarakat tersebut karena merekalah yang bisa membendung rumor dan agitasi yang mengancam kemapanan basis koesistensi.
Jadi untuk Ustadz Abdul Somad yang terhormat, apakah dengan tidak segera bersedia melakukan klarifikasi atas pernyataan anda yang sebenarnya lebih bersifat fitnah dan provokasi tersebut anda ingin masuk surga ? Tentu , anda bisa mendapatkan dengan mudah, sebagaimana apa yang anda katakan Surga nya juga surga hoax.
0 komentar:
Posting Komentar