WHAT'S NEW?
Loading...

Asyiknya Menjalani Gaya Hidup Digital Nomade





Digital Nomade kian hari kian populer menjadi pilihan gaya hidup generasi kini. Istilah Digital Nomade muncul dari adanya sekelompok orang yang bekerja di dunia digital, tanpa terikat pada bangunan kantor atau tempat kerja tertentu, mereka bisa berpindah pindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain, sambil tetap menjalankan bisnis atau pekerjaannya.

Nomad atau nomaden dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap atau berkelana dari tempat ke tempat lain. Pada masa lalu, alasan manusia berpindah tempat tinggal adalah karena pergantian musim dan demi mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan.

Namun saat ini gaya hidup nomaden ini seolah menjadi trending lagi sebagai pilihan gaya hidup, dan justru dari kalangan masyarakat urban perkotaan.Survei Gallup di tahun 2013 menyatakan bahwa 87 persen orang merasa tak puas dan tak termotivasi untuk pergi ke kantor, dengan beragam alasan. Dan hanya tersisa 13 persen dari hasil survei yang menyatakan ingin pergi 'ngantor'.

Survei lain lagi menyebutkan , temuan sebesar 76 persen dari 2600 pekerja yang disurvei merasa bosan bukan karena jenis pekerjaannya,namun menginginkan tempat kerja selain kantor.

Dari Flexjobs juga merilis hasil survei yang berkesimpulan bahwa orang merasa memiliki relasi personal, kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik ketika mereka diberi opsi untuk bekerja dalam jadwal yang fleksibel dan kesempatan menyelesaikan tugas secara jarak jauh atau remote.

Di Amerika sendiri, perubahan trend yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi digital, komputer dan internet , maupun mobile nampak nyata. Tahun 1990 an, jumlah pekerja lepas (freelancer) di Amerika hanyalah sekitar 5 persen. Namun dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, jumlah itu menjadi 15 persen di penghujung milenim baru, dan saat ini 30 persen orang lebih suka menyebut dirinya sebagai pekerja lepas (freelancer).

Dari gambaran diatas, teknologi digital telah berhasil mengubah banyak sendi -sendi kehidupan masyarakat saat ini.Gaya hidup generasi milenial akan membuat beberapa sektor 'kaget' dan harus berusaha keras berinovasi agar tetap dapat relevan dan diterima.
Apa yang telah terjadi di bisnis retail sudah kita lihat sebagai bukti nyata sebagai impact tendangan era digital , dan mungkin akan disusul dengan bisnis properti, kenapa ? karena generasi milenial mungkin tidak akan membeli rumah. Mereka ranting generation. Sharing economi. Rumah tinggal akan menjadi kurang penting,bahkan ruang perkantoran pun demikian halnya.

Mengintip Kehidupan Digital Nomade di Indonesia.

Setidaknya ada beberapa kota yang menjadi favorit bagi para digital nomade ini antara lain : Yogyakarta, Bandung,Ubud (Bali), Jakarta, adalah tempat-tempat dimana kita bisa menemukan dengan mudah para digital nomade ini. Mereka sering kita jumpai di kafe-kafe yang menyediakan wifi, berkumpul dengan beberapa orang temannya atau pun sendiri,tetap menenteng perlengkapan digital surfingnya , yaitu laptop, mouse dan beberapa piranti lain. Dalam beberapa jam mengerjakan pekerjaannya di depan laptopnya, baik melakukan interaksi online, mengerjakan desain, menjual produk maupun jasa ,atau bahkan sebagai konsultan dan freelancer berbagai proyek perusahaan.

Disamping kafe-kafe yang menjadi favorit berkumpulnya para digital nomade ini, coworking space  juga menjadi pilihan alternatif yang mereka minati. Coworking space yaitu space (ruangan kantor) yang disewakan untuk digunakan bersama oleh beberapa orang. Di antara mereka bisa berkumpul beberapa orang dengan latar keahlian yang berbeda, baik programmer, desainer,penulis sampai founder dari software house dan agensi digital. Mereka bisa menangangi klien dari berbagai kota di Indonesia bahkan dari berbagai negara lain. We're in this digital era where time and space don't mean anything!

Jangan heran jika akhirnya nanti dari kongkow-kongkow anak muda ini akan lahir banyak startup nasional atau bahkan perusahaan multinasional yang berkontribusi besar terhadap ekonomi nasional . Jadi, sungguh sangat naif jika mindset bahwa setelah lulus sekolah, kemudian berpikir merantau ke ibukota untuk bekerja. Padahal "making money online" bisa kita lakukan dimanapun selama masih ada sinyal internet.

Andai saja lebih banyak orang mau mengubah cara kerjanya,pasti ibukota tidak sepadat sekarang. Indonesia ini begitu luas.Apalagi para pekerja digital, tidak terikat waktu dan tempat untuk melakukan pekerjaan maupun membangun bisnisnya. Kepadatan lalu lintas bisa dikurangi dengan signifikan , dan peluang untuk menciptakan lapangan kerja pun terbuka demikian luasnya. Jadi, Selamat Datang Era Digital Nomade

0 komentar:

Posting Komentar