Ia bernama Sudan, seekor sub spesies Badak Putih Jantan Utara yang sangat langka, menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin 19 Maret 2018 kemarin. Umurnya 45 tahun, yang setara dengan 90 tahun kalau dalam skala manusia.
Memasuki usia yang lanjut, Sudan semakin renta dan mengalami berbagai komplikasi penyakit degeneratif yang kian memburuk dan terpaksa "ditidurkan" (di-eutanasia). Jaringan otot dan tulangnya kian melemah hingga tak sanggup lagi untuk berdiri. Kulitnya juga terkena infeksi yang sangat serius, terutama di kaki kanan bagian belakang.
Subspesies Badak Putih Utara ini teramat sangat langka hingga hanya menyisakan 4 ekor saja di tahun 2014, yang terdiri dari dua jantan dan dua betina. Jantan pertama bernama Chad, meninggal karena faktor alami di tahun 2014. Dan jantan terakhir di muka bumi, Sudan yang barusan meninggal. Hanya tersisa dua ekor betina yang bernama Najin usia 28 tahun (putri Sudan) dan Fatu (cucu Sudan).
Habitat asli Badak Putih Utara di Uganda, Afrika ini diserbu habis-habisan oleh para pemburu gelap yang mengincar gadingnya untuk pengobatan tradisional China dan untuk gagang pisau belati/dagger di Yaman. Pembantaian ilegal ini mencapai puncak paling berdarahnya pada kurun waktu 1970-1980an.
Subspesies Badak Hitam Barat (western black rhino) sudah dinyatakan punah tujuh tahun yang lalu, disebabkan oleh perburuan liar. Spesies badak yang tersisa tinggal 5 lagi di seluruh dunia dan semuanya dinyatakan berstatus "Dalam Ancaman". Badak Putih Selatan yang diperkirakan tinggal tersisa dua puluh ribu ekor saja di alam liar dan Badak Hitam Selatan setiap harinya hidup dalam ancaman pembantaian.
Sudan sendiri awalnya ditempatkan di Kebun Binatang Czech sebelum akhirnya ditransfer ke Konservasi Ol Pejeta di Kenya, bersama dengan tiga rekannya yang lain di tahun 2009. Di sana mereka dijaga ketat oleh para pengawas yang bersenjata api untuk menghalau para pemburu liar, dan diawasi sangat seksama asupan pangan dan dietnya oleh dokter-dokter hewan yang berpengalaman.
Para perawat Sudan menggambarkan sosoknya sebagai pribadi yang lembut dan baik. Elodie Sampere, perwakilan dari Konservasi Ol Pejeta mengatakan Sudan adalah, "raksasa yang sangat lembut, kepribadiannya sangat menyenangkan walaupun tubuhnya berukuran besar yang membuat orang takut untuk mendekat, tapi sebenarnya tidak ada satu hal pun yang buruk/jahat dari Sudan."
[caption id="attachment_919" align="aligncenter" width="960"] Sudan. (Foto: BBC.CO.UK)[/caption]
Setelah Chad si Jantan nomor 2 meninggal dunia di 2014, maka harapan satu-satunya untuk menciptakan iklim pembuahan yang alami hanya terletak di Sudan dan dua betina yang memiliki hubungan darah dengannya. Sayangnya sejak empat tahun terakhir Sudan dinyatakan sudah tidak potensial sebagai pejantan.
Sebenarnya para peneliti, pemerhati, penjaga, perawat dan semua yang prihatin akan hal ini tidak hanya diam dan berpangku tangan saja. Mereka sudah mencoba meraih simpati publik via aplikasi perjodohan Tinder yang terkenal, di sana dipajang foto Sudan tapi bukan dengan niat untuk mencari jodoh (Sabar ya Mblo, hahaa), namun untuk menggalang dana bagi prosedur IVF (in vitro fertilization) Sudan.
Sayangnya hingga kini upaya tersebut belum membuahkan hasil yang diinginkan. Tapi dengan didukung oleh kemajuan di dunia medis modern, kelak semoga kedua betina yang tersisa ini bisa mengandung dari sel sperma Sudan melalui proses bayi tabung (IVF). Karena berbagai materi gentik yang diperlukan dari Sudan sudah dikumpulkan dan diamankan untuk meneruskan kelangsungan hidup subspesies Badak Putih Utara ini.
Dan sekali lagi, saya, anda, dan kita semua menjadi saksi dari satu peristiwa yang memilukan. Tentang punahnya satu spesies lagi dari muka bumi ini. Akibat keegoisan dan ketamakan manusia. Kelak anak cucu kita hanya bisa melihat foto dan penampakan Badak Putih Utara dari internet, lalu menggerutu kesal karena leluhurnya tidak bisa menjaga "warisan" mereka.
Rest In Peace, Sudan.
Referensi:
https://www.nbcnews.com/news/africa/sudan-world-s-last-male-northern-white-rhino-dies-n858171
https://www.bbc.co.uk/news/amp/world-africa-43468066
https://edition.cnn.com/2018/03/20/africa/last-male-white-rhino-dies-intl/index.html
0 komentar:
Posting Komentar