![]() |
Gambar: Tanah retak di gurun (Sumber iStockphoto) |
Dua hari lepas, Dubai tempat saya menetap, seperti kota sauna. Hampir sekujur kota diselimuti halimun putih, jarak pandang hanya sepersekian kilometer. Tapi ini bukan kabut yang dingin seperti di puncak bukit, ini kabut yang hangat, membuat kita segera berkeringat.
Dari aplikasi penunjuk suhu, menunjukkan “hanya” 38 derajat, tapi tingkat kelembaban sampai 100%. Artinya, setiap massa udara yang melingkupi kita juga mengandung uap air yang sama banyaknya. Ini seperti ketika Anda memasuki ruangan sauna yang hangat dan lembab. Baru 2-3 meter saja melangkah keluar dari ruangan, badan segera berpeluh dan terasa pengab. Ketek, selangkangan dan semua lipatan terasa basah.
Menjelang siang, suhu udara di Dubai juga menanjak, mencapai sekitar 45 derajat, tapi kelembaban menurun sampai 40% saja. Panas terik, tapi tak disertai uap yang menyesakkan.
Buat orang dari kampung tropis seperti saya, suhu dan kelembaban seperti ini membuat gak nyaman. Tapi untunglah waktu “berjemur” di luaran tak terlalu lama. Hanya saat mengantar anak2 ke sekolah dan jalan ke kantor, sekitar 15 menit, dan atau jalan keluar makan siang bersama teman-teman kantor, sekitar 10 menit. Selebihnya, nyari 20 jam lebih berada di dalam ruang berpendingin.
Setiap terpapar suhu yang panas, kadang pikiran saya selalu merenungi NERAKA.
Apakah neraka itu panas maksimal yang meletup2, seperti yang kita lihat saat gunung meletus, atau sesuatu yang lain. Saya sendiri berkeyakinan bahwa di alam selanjutnya nanti bukanlah tempat buat mengukur hal-hal materil seperti di dunia. Jadi tak akan ada panas atau dingin, seperti ukuran kita di dunia.
Di Neraka yang saya pikirkan itu, siksaan bersifat non-material, seperti perasaan sakit hati, cemburu, berduka teramat dalam, penyesalan, dan sebagainya. Siksaan seperti itu jauh lebih menyakitkan daripada sentuhan panas pada kulit yang akan hilang seiring waktu.
Panas di Dubai, seperti di kota-kota berkawankan gurun, tentu tak seberapa. Jutaan manusia sudah melewati masa yang panas sekalipun, hingga saat ini. Tapi siksaan terberat manusia itu sejatinya adalah yang menghunjam ke hati.
Tanyalah pada mereka yang pernah ditolak cintanya, konon lebih sakit daripada sakit gigi. Sampai level “teganya” bisa sampai 13x menurut Meggy Z.